Namaku Aris, ini
ceritaku saat liburan kuliah dulu.
Saat itu umurku
sekitar 22 tahun, aku masih kuliah semester 4. Sebagai pemuda yang baru tumbuh
badanku termasuk cukup atletis, wajahku jg lumayan menarik walau tak masuk kategori
wajah ganteng ala foto model.
Awal cerita ini dimulai saat tetangga kostku yang keseharianya adalah sopir
taksi konvensional karena saat itu belum ada taksi online seperti sekarang.
Istrinya
kebetulan melahirkan dan di opname di RS karena ada sedikit gangguan kesehatan.
Masa Cutinya yang
kebetulan hanya 3 hari mengharuskanya mulai bekerja lagi kalau tidak maka dia
akan diberhentikan secara permanen.
Saat dia
bercerita padaku aku menawarkan diri untuk membantunya, biarlah dia narik di
siang hari sedangkan untuk sore sampai malam aku menggantikan. Karena kebetulan
kuliahku sedang libur semester genap jadi biasanya sampai 3 bulanan.
Dua hari berlalu,
setiap jam 4 sore aku selalu menggantikan mas Joni sebagai sopir taksi dimana
aktivitasku adalah mangkal di pangkalan menunggu ada instruksi dari operator
atau mencoba berkeliling mencari penumpang, pada malam hari kebanyakan
penumpang adalah wanita-wanita pekerja malam baik yang kerja beneran atau yang
kerja-kerjaan.
Sore itu aku
sedang melintas di area perkantoran di kota P ini tiba2 ada dua wanita yang
melambaikan tangan. Langsung saja aku hampiri. Dua wanita dengan jilbab lebar
modis. Sepintas aku melihat dari sepion untuk menyapa kulihat satu wanita
dewasa sekitar umur 40 an yang mungkin ibu dari wanita muda seumuranku atau
selisih 2 tahunan lebih tua yang mungkin anaknya.
Sepanjang perjalanan mereka cukup menyenangkan dan selalu melibatkanku dalam
obrolan, tanya ini itu perihal taxi yang sebenarnya aku kurang menguasai maka
aku beritahukan saja kalau aku hanya sopir cadangan dan seterusnya, syukur
mereka tak begitu mempermasalahkan.
Dua hari
berikutnya tepatnya hari kelima aku kembali melintasi jalan di area perkantoran
setelah mengantar penupang yang kebetulan satu arah, aku kembali melihat wanita yang sama.
“wah kebetulan ketemu lagi ya bu” sapaku
“Memang sengaja
mas kami nunggu kamu.. kemaren sampe sore ga ketemu, kebetulan sore ini ketemu”
jawab ibu yang pada ahirnya aku tau kalau namanya Ibu Hasna itu dan anak
perempuanya bernama Najwa mahasiswi kedokteran semester 6. Selisih satu
angkatan denganku.
Ternyata mereka
menungguku untuk menawariku sebagai sopir pribadi mereka, kebetulan sopir
mereka sakit dan pulang kampung.
Setelah wawancara
singkat perihal gaji yang dibandingkan dengan pendapatanku saat jadi supir taxi
dan seterusnya mereka sepakat. Namun aku diminta stanby dari pagi sampi jam 8
malam. Setelah itu terserah aku apa mau tinggal di rumah mereka atau mau pulang
ke kost ku karena mereka tak mau mengekang katanya karena aku masih muda.
Sesampainya di
rumah, aku diajaknya masuk, di perkenalkanya aku dengan Ida pembantu rumah
tangga mereka yang juga berjilbab lebar dan berbaju rapi.
Rumah mereka
cukup besar, dimana saat memasuki gerbang mobil bisa masuk melalui pintu
samping rumah dan di halaman samping rumah sampai kebelakang adalah taman,
kolam renang, dan juga garasi mobil.
Kulihat sekitar
ada 5 mobil berderet, 3 mobil sedan dan 2 mobil MPV atau mobil keluarga.
Esok paginya aku
berangkat pagi buta setelah subuh dari kostku yang dekat kampus, diantar oleh
bang Joni karena kebetulan sekali istri bang joni sekarang sudah dibawa pulang
dan dinyatakan sehat walau belum 100% sehingga bang Joni bisa kembali
beraktifitas secara maksimal.
Jam 06.30 aku
memencet bel dan di bukakan oleh Ida yang langsung tersenyum manis, pembantu
yang satu ini memang seperti bukan pembantu. Selain mukanya yang manis,
dandananya juga modis walau tetap agamis.
Aku di antar oleh
ida ke kamar mirip paviliun dengan ruang tamu di bawah dan kamar ada di atas
dihubungkan oleh tangga mungil. Kamar ini berada di pojokan berjajar dengan
garasi dan taman serta lurus dengan kolam renang, view nya sangat indah dan
bikin betah. Di sebelah ataman ada beberapa kursi malas yang sepertinya kerap
dipakai oleh keluarga ini saat sore hari atau pas libur.
Kamar ini
ternyata dulu dipakai oleh Non Winda adik bu hasna yang sekarang tinggal
bersama suaminya di Kalimantan.
Bekas kamar cewek
jadi rajin dan nuansanya romantis, aku tanya apa pak darmo supir yang lama dulu
tinggal di kamar ini, ternyata tidak pak darmo dulu tinggal di komplek sebelah
karena istrinya jualan bakso disana jadi kalau malam hari pak Darmo selalu
pulang.
Menurut Ida,
keluarga ini sangat berharap Aku bisa tinggal dirumah ini karena kalau malam
hari mereka kerap merasa kurang nyaman karena ga ada laki-lakinya, walaupun di
kompleks perumahan ini sudah di jaga satpam.
Ternyata suami bu
hasna adalah seorang pengusaha yang tinggal di singapura, dan hanya dua kali
pulang ke Indonesia dalam 3 bulan itupun kalau sedang sempat.
Sedangkan Bu
Hasna tidak mau mengikuti suaminya di singapura karena disana Suaminya sudah
punya istri lagi dan punya anak kecil.
Wah.. ruwet juga
pikirku keluarga ini, tapi biarlah.. aku akan berikan sedikit warna dan
keceriaan pada mereka pikirku. Lagian aku jadi supir disini juga iseg-iseng
mengisi waktu libur sekaligus untuk berpetualang.
Aku ngobrol di
samping taman, sambil ditemani ida dan secangkir kopi. Aku bertanya pada Ida
kok dia santai aja kan banyak yang harus dikerjakan. Katanya nanti ada yang
datang namanya Bu Sujiem yangbiasa mengerjakan urusan rumah tangga, tugas Ida
hanya masak dan mengontrol pekerjaan bu Sujiem skalian bersih-bersih kamar Bu
Hasna dan anaknya Najwa, karena bu Sujiem tidak diperkenankan masuk ke kamar
kedua orang itu.
Kata Ida dia
sebenernya tidak pernah diperlakukan seperti pembantu oleh Bu Hasna maupun
Najwa, mereka sangat baik dan tak pernah marah.
Makanya Ida
sangat betah disini walau terkadang merasa sepi.
Semakin lama
ngobrol dengan Ida, aku seakin merasa tertarik saja. Dia terlihat semakin
cantik dan menarik tak kalah dngan kawan-kawan kampusku bahkan aku merasa kalau
Ida lebih anggun dan Dewasa.
Bu Hasna dan
Najwa terlihat keluar dari pintu samping , mereka menghampiriku dan bilang
nanti jam 8.30 mereka minta diantar, ibu ke kantor yatu di sebuah bank swasta
di kota P dan non Najwa ke Kampus karena ia sekarang sedang mengikuti semester
pendek agar bisa kejar target wisuda di semester 8 katanya.
Ida menyiapkan
teh dan Roti sebagai sarapan, sedang Non Najwa hanya minum susu. Setelah
beberapa saat kami sarapan disamping taman tersebut, mereka kembali masuk dan
Non najwa mengajakumasuk ke dalam rumah karena ada beberapa Alat yang musti dia
bawa. Aku diajaknya masuk ke kamarnya..
ternyata didalam rumah khususnya lantai2 terasa sekali kemewahan rumah ini,
perabot-perabot berkelas ada hampir disemua sudut ruang. Apalagi saat aku
memasuki kamar non Najwa wow.. nuansa pink dan kamar bertema putri cindirela
sangat terasa disana.
Aku berusaha
bersikap wajar, ga mau terlihat ndeso, non Najwa memberiku kartu akses untuk
masuk kekamarnya, kalau-kalau dia membutuhkan aku mengambilkan sesuatu. Dia
bilang kalau dulu pak Darmo dan bu Sujiem tak diperkenankan masuk ke kamar,
kaerena takut mereka ga bisa keluar kata non Najwa tertawa manis.
Setelah beberapa
barang kami bawa turun, ternyata Bu Hasna sudah menunggu di bawah dan dia
memberikan beberapa kontak mobil dimana mobil harus aku rawat dan jadwal rutin
service, Ganti Oli dan Cuci diserahkan sebagai tanggung jawabku.
Pagi ini aku antar mereka menggunakan mobil paling besar yaitu Toyota alphard,
non Najwa duduk di sampingku sedang bu Hasna duduk di kursi tengah. Mereka
terlihat begitu enjoi padahal suami dan bapak mereka sedang bersama wanita lain
disana.
Seharian aku
mondar-mandir mengantar non Najwa,dan sampi jam 5 sore aku menjemput Bu Hasna.
Mendung mulai terlihat menggelayut. Kami sampai di rumah pas maghrib. Bu hasna
dan non Najwa lenyap masuk ke dalam rumah mewahnya, Setelah merapikan mobil,
aku segera mandi dan smbil merokok aku duduk di teras samping taman, Ida
menghampiriku sambil membawakanku secangkir kopi.
Aku merasa lucu, tak biasa aku dibuatkan kopi sekarang aku merasa seperti telah
memimiliki istri solehah yang melayaniku sesaat sepulang kerja.
Ida bertanya kenapa aku tertawa, aku ceritakan perasaanku ida hanya tersipu dan
mencubit pundaku.
Ida bilang mau minta tolong, lampu dapur ada yang mati, dan lampu kamarnya
error, terkadang terang terkadang redup.
Maka segera aku
cek, lampu dapurnya memang putus. Aku langsung diajak ke kamarnya yang berada
di antara ruang tengah dan dapur. Dan dari ruang tengah ada akses langsung
masuk ke rumah utama namu ada pintu yang tertutup.
Kamar Ida juga
tak layak disebut kamar pembantu, meja rias mewah, lemari ukir asli jepara
sepadan dengan ranjangnya yang besar dengan bantal dan seprei tebal dan juga
kamar ini ilengkapi TV led serta AC pastinya.
Aku cek lampunya,
ternyata tempat lampunya memang error, sesaat setelah aku ganti lalu dicoba
dinyalakan sepertinya normal. Terdengar diluar hujan begitu deras, aku yang
sengaja buru-buru mau kembali kekamar sudah terlambat. Kamarku yang ada di
ujung taman tak ada akses untuk tidak terkena air hujan sedangkan Ida bilang dirumah ini tak ada
payung.
Hadeh... gemana
nich, Ida mengajaku menonton TV aja di kamarnya sambil menunggu hujan reda.
Tv menghadap langsung ke ranjang Ida, aku duduk di kursi riasnya, sedang ida
dududk di kasur sambil memangku bantal.
Aku yang menonton
dari samping kerap mendongak untuk melihat acara TV yang kebetulan adalah filem
barat yang aku suka.
Ida melihatku
menyujkai acara TV itu menyuruhku untuk menonton dari atas ranjang saja dan dia
menggeser tubuhnya, kulihat beberapa kali dia menguap tanda mulai ngantuk.
Mungkin karena sering tidur sore.
Aku duduk di atas
ranjang di samping ida, ida yang saat itu masih menggunakan baju terusan longgar
dengan jilbab longgarnya merebahkan diri di sampingku memeluk guling, aku
menutupi tubuhnya dengan selimut tebal yang ada di bawah kakinya, ida tersenyum
malah dia memeluk pinggangku yang saat itu masih duduk bersandar. Ida bilang
kalau dia merasa damai ada aku di sampingnya, rasanya aman dan nyaman
terangnya.
Tanganku reflek
membelai kepalanya yang saat itu ada di samping pinggangku, tanganku di elusnya
oleh ida seolah ia ingin mengutarakan sesuatu beban yang selama ini ia
tanggung.
Tangan kiri Ida
yang memeluk pinggangku sikunya berada tepat diatas penisku, hingga penisku
reflek bangun. Ida sepertinya merasakan gerakan-gerakan dari dalam celanaku dan
dia sengaja mengesekan sikutnya ke permukaan penisku .
Ida tiba-tiba
bangkit, dan membuka lacinya... dia mengganti cenel Tv ke DVD dan kulihat dia
memasukan kepingan DVD dan mulailah tampil di layar TV seperti sebuah film..
Dari intro sudah
dapat di perkirakan kalau film yg diputar adalah film blue.. ternyata benar,
kulihat ada dua orang yang sedang beradegan diatas ranjang yang masih
menggunakan gaun pengantin, film itu sepertinya bercerita tentang malam
pengantin,
Ida duduk di
depanku persis diantara belahan pahaku membelakangiku
menghadap ke layar TV, tanganku di bimbingnya memeluk pinggangnya dan dengan
cuek merebahkan tubuhnya ke dadaku.
Tanganku di
bimbingnya menelusuri perutnya, berlahan ida membuka kancing baju terusanya dan
mengeluarkan payudaranya.. tanganku di arahkan untuk meraba payudaranya yang sudah
menyembul. Terasa keras sekali putingnya tanda nafsunya sudah memuncak..
Aku berinisiatif
meremas payudaranya mengikuti adegan yang ada di layar TV, Ida mendesah dan
membuka satu persatu kancing bajunya hingga tanganku kini leluasa mengelus perut
mulusnya.
Aku rebahkan
tubuh Ida, aku ciumi seluruh permukaan mukanya hingga berahir di bibirnya,
ciuman kami semakin memanas apalagi Ida
sangat responsif membalas ciumanku.
Tangan ida
melucuti pakaianku, dan aku juga tak kunjung diam mulai membuka satu persatu
baju yang menutupi tubuh Ida.
Ternyata rambut
ida sangat panjang, lurus dan tebal, aku angkat tubuhnya dan ku posisikan
pahanya di pingir ranjang, aku mulai menggarap vaginanya dengan mulutku dengan
posisiku di bawah ranjang.
Bibir vagina ida
aku kecup berlahan, paha Ida mulai dibukanya lebar... Vaginanya beraroma khas,
namun sangat terasa kalau vagina ida sangat bersih dan terawat.
Aku mainkan
lidahku di belahan vagina Ida, ku gesekan ke atas dan ke bawah sampai tubuh Ida
menggelinjang,mengejan, dan seperti
cacing kepanasan.
Adega di TV terlihat cowoknya sedang asih memompa Vagina sang cewek dengan
posisi dogi style. Aku ambil remot dan mematikan TV, Ida seolah tak peduli.
Aku tindih tubuh
ida, penisku berada di permukaan Vagina Ida, kami saling menekan dan
menggesek... terasa nikmat sekali.
Ida sepertinya
tak tahan lagi ingin segera menyelesaikan permainan ini, maka aku berinisiatif
untuk menggesekan ujung penisku di atas permukaan vaginanya, terasa bibir
vagina ida sudah sangat becek dan licin, aku
mencoba menekan kepala penisku pelan dan bles blesssss.... aku kaget
ternyata vagina Ida sudah tak perawan lagi, penisku hampir tak mengalami
kesulitan dalam memasuki vaginanya. Ida tau keraguanku lalu ida berbisik,
selesaikan dulu nanti aku jelasin semuanya.
Maka aku genjot
dengan cepat sampai bunyi teplak, teplok, teplak, teplok...
Tubuh Ida
menggelinjang tak beraturan, terlebih saat aku memompa dengan keras
vaginanya... mulutnya mengerang... dan tiba-tiba tubuhnya berkidig dan
vaginanya berkedut kedut dan ah..... ida mengalami orgasme yang pertama.
Aku sendiri
merasa penisku sudah pegal ingin menyemburkan
air maniku maka aku kocok dengan cepat penisku di vagina Idah dan saat
smua sudah di ujung aku tarik dan ku semburkan di perut ida.... owh.. nikmat
sekali.
Kami tertidur
dengan berpelukan mesra.
"Selamat siang Bos 😃
ReplyDeleteMohon maaf mengganggu bos ,
apa kabar nih bos kami dari Agen365
buruan gabung bersama kami,aman dan terpercaya
ayuk... daftar, main dan menangkan
Silahkan di add contact kami ya bos :)
Line : agen365
WA : +85587781483
Wechat : agen365
terimakasih bos ditunggu loh bos kedatangannya di web kami kembali bos :)"