Namaku Aries Andi
Susanto, kawan-kawan kecilku sering memanggilku Aas, suku jawa, tinggi 172, BB
70, kulit sawo matang khas jawa... kata kawan-kawan ga hitam-hitam amat mungkin
karena aku memang cukup rajin merawat diri.
Soal Wajah, alisku tebal, hidung
cukup mancung walau tak seperti orang arab namun untuk umumnya asia hidungku
lumayan mancung, sedang yang banyak buat orang komen tertarik padaku adalah
janggutku yang terbelah tengah ditambah senyum manisku yang katanya susah
dilupakan.
Selesai kuliah, aku yang telah
terbiasa jauh dari rumah sengaja pergi meninggalkan kota kelahiranku. Walaupun
aku berasal dari kalangan keluarga yang boleh dibilang cukup namun aku tak
ingin menggantungkan hidup pada kesuksesan orang tua.
Ini adalah
penggalan kisahku yang ke V, dimana usahaku di bidang SPA dan Massage khusus
Wanita Muslimah sudah mulai ramai pelanggan dan kini aku bermaksud
mengembangkan usaha baru di bidang minimarket.
Siang ini aku
sengaja keluar dari tempat usahaku yaitu SPA Muslimah yang sudah aku anggap
bisa berjalan sendiri tanpa harus aku pantau secara intensif.
Aku mengendarai
mobil menuju sebuah pusat perbelanjaan dengan maksud ingin sekedar mencari
inspirasi untuk pengembangan usaha.
Saat aku duduk di
pojok kopi, aku didatangi oleh seorang wanita muda dengan brosur di tanganya,
setelah meminta izin duduk di sebelahku wanita yang memperkenalkan namanya
sebagai Ugi, nama lengkapnya Mugi Lestari yang ternyata dia adalah marketing
sebuah perumahan dan pertokoan yang sedang dibangun oleh pengembang ternama.
Ugi memperlihatkan beberap gambar perumahan dan juga Ruko yang sudah selesai dibangun.
“Pak kalau perumahan yang blok A ini sudah siap huni pak, sudah lebih 10 rumah yang di tempati. Di depanya ada pusat pertokoan yang juga dalam waktu dekat sudah siap untuk beroperasi”.
Ugi memperlihatkan beberap gambar perumahan dan juga Ruko yang sudah selesai dibangun.
“Pak kalau perumahan yang blok A ini sudah siap huni pak, sudah lebih 10 rumah yang di tempati. Di depanya ada pusat pertokoan yang juga dalam waktu dekat sudah siap untuk beroperasi”.
Aku sedikit
tertarik, selain karena aku memang sedang mencari inspirasi, cara Ugi
menawarkanpun cukup membuatku nyaman sehingga aku tanggapi dengan serius.
Aku minta ugi
untuk menemaniku melihat langsung kelapangan, ugi sangat antusias.. tanpa
babibu kamipun langsung meluncur kesana.
Sesampainya di
lokasi aku sengaja melihat-lihat kondisi ruko terlebih dahulu. Aku memutuskan
untuk mengambil 3 ruko berlantai 2 di beranda perumahan yag aku nilai cukup
strategis untuk nantinya aku pakai untuk membuka usaha retail ataupun
minimarket.
Aku diajak Ugi
untuk mengisi formulir pemesanan dan pembayaran tanda jadi di kantor pemasaran
yang ada di komplek tidak jauh dari ruko yang kupesan.
Saat pulang, Ugi
mengajaku untuk melihat-lihat perumahan yang tampak sudah siap huni. Ada
beberapa rumah yang kulihat sudah ada penghuninya.
“siapa tau nanti
minat pak, langsung hubungi Ugi ya pak...”
Seminggu
berselang, ugi mengabarkan bahwa Ruko yang saya pesan sudah siap, dengan model
dan skat sesuai permintaan. Ugi menyarankan untuk melihatnya.. dan dia siap
menemani.
Sore itu, sesuai
janji aku meluncur ke ruko yang baru aku beli itu, saat sampai ditempat aku
lihat Ugi yang sore itu terlihat menggunakan baju santai sedang membuka rolling
door rukoku. Dia mempersilahkanku untuk melihat apa ada yang kurang untuk
diadakan perbaikan. Setelah melihat-lihat aku nyatakan cukup. Tinggal mengurus
izin usaha dan memulai usaha.
Ugi mengusulkan
untuk menghubungi salah seorang kawanya yang bisa membantu untuk mengurus
segala periinan, setelah di telfon ternyata dia sedang menemui klien dan akan
selesai sekitar 19.30.
Maka Ugi menyarankan dia untuk menemui kami di ruko.
Maka Ugi menyarankan dia untuk menemui kami di ruko.
Aku menawarkan ke
ugi untuk mencari warung kopi sembari menunggu kawanya datang, namun ugi justru
mengajaku untuk melihat-lihat perumahan yang kemarin kami lewati yang letaknya
sebenarnya ada di belakang ruko yang baru aku beli ini.
Ugi mengajaku untuk melihat perumahan di komplek A yang sudah siap huni, rumah minimalis berlantai 2. Ugi yang memang memegang kunci pintu mengajaku melihat-lihat ke dalam.
Ugi mengajaku untuk melihat perumahan di komplek A yang sudah siap huni, rumah minimalis berlantai 2. Ugi yang memang memegang kunci pintu mengajaku melihat-lihat ke dalam.
Di lantai 1 ada
ruang tamu, ruang tengah dan dapur serta 2 kamar standar, sedangkan di lantai 2
ada ruang keluarga, ruang kerja dan 1 kamar utama.
Aku mencoba
melihat-lihat kamar utama yang telah lengkap dengan tempat tidur big zize,
bernuansa moderen dan romantis.
Ugi menyarankanku
untuk mencobanya sembari dia menyiapkan kopi di dapur bawah.
Aku ikuti saran
Ugi, aku coba untuk berbaring di kasur... tak tau kenapa libidoku tiba-tiba
bangkit, aku membayangkan jika bisa bersetubuh di rumah yang nyaman ini pasti
seru sekali. Kamar yang luas seperti di hotel dan dalam rumah yang tidak
mungkin ada yang mengganggu.
Lamunanku di
buyarkan oleh Ugi, yang masuk membawa dua cangkir kopi...
“hayo ngelamun
apa pak ya?, jangan-jangan sedang membayangkan bersama orang yang di sayangi
tinggal disin ya?”
“iya gi, aku lagi
membayangkan kalau aku tinggal disini ditemani seorang wanita aku bisa br
hanimoon disini” jawabku sekenanya..
“Mau nyoba pak?,
aku bisa kok nyarikan temen..., mau sehari, dua hari, atau seminggu, tergantung
kemauan bapak lah. Yang penting pak aris beli rumah ini, masalah temen nanti
aku yang urus... mau ABG apa Dewasa?”
Aku hanya
tersenyum menanggapi celotehan ugi, “Aku maunya kamu Gi” kataku iseng
Ugi tersedak
karena saat itu sedang minum kopi...
Setelah meletakan cangkirnya, ugi mendekatiku... sambil tersenyum ugi mendekatkan mukanya ke mukaku seperti orang bercanda : “Bapak serius??.. hm....”
Setelah meletakan cangkirnya, ugi mendekatiku... sambil tersenyum ugi mendekatkan mukanya ke mukaku seperti orang bercanda : “Bapak serius??.. hm....”
Awalnya aku ragu
untuk memulainya, namun karena muka Ugi yang semakin lama semakin dekat maka
dengan gemas aku kecup bibirnya. Bukanya menghindar malah dia memejamkan
matanya yang artinya dia menghendaki lebih.
Tanpa di komando
maka bibir kami sudah saling berpagutan, lidah kami saling melilit panas, aku
pegang kedua pipinya untuk semakin menambah sensasi ciuman kami.
Semakin lama
ciuman kami merambah ke leher dan telinga, nafas kami memburu.. seolah kami
berdua sama-sama haus sentuhan.
Ugi menindihku,
aku berinisiatif menggulingkan tubuhnya di kasur yang empuk itu, aku serang tanpa
ampun, ku endus buah dada ugi walau masih tertutup kaos dan BH.
Ugi menarik
kaosku, aku membalas membuka kaosnya beserta BH nya, lalu aku serang
payudaranya yang besar dan empuk. Menurut prediksiku yang biasa memainkan
payudara perawan dan gadis belum beranak di tempat SPA aku memperkirakan kalau
Ugi sudah pernah punya anak melihat dari bentuk payudara yang besar dan tidak
terlalu keras walau tidak juga terlalu lembek juga dengan puting besar kehitaman.
Ugi segera meraih kancing celanaku, membukanya lalu
melepaskan celana jeans disusul celana dalamku, lalu dia melepaskan celana dan
cd sendiri hingga saat itu kami sudah telanjang bulat.
Ugi memeluku,
menindihku, kami berguling kekanan dan ke kiri, terus terang aku baru kali ini
menemukan wanita yang aktif dan agresif seperti ugi.
Ugi
memposisikanku di atasnya, lalu dengan cekatan tanganya meraih penisku dan
segera membimbingnya untuk masuk ke lubang vaginanya.
Vaginanya yang
saat itu sudah basah membuatku sedikit kaget, selain basah dan hangat, vagina
Ugi kurasakan sangat longgar sehingga tak ada kesulitan sama sekali penisku
masuk ke lobang kenikmatanya.
Aku awalnya
sangat kikuk karena aku sama sekali belum merangsangnya namun main tancap saja,
aku takut dia akan kesakitan dan belum siap. Namun karena kurasakan vaginanya
sudah begitu longggar maka aku segera memompa dengan cepat sambil sesekali
memutar penisku agar mengenai seluruh dinding vaginanya.
Ugi merintih,
tubuhnya menggeliat tak beraturan. Pinggangnya turun naik mengimbangi
gerakanku.
“Ah.... pah......
terus pah...... enak pah.....”
Sepertinya dia
terbiasa merasakan kenikmatan ini bersama suaminya, sehingga secara tidak sadar
dia memanggil nama suaminya.
Aku berusaha
untuk tak terpengaruh, mau berhenti juga sudah tanggung. Maka aku sengaja
menggenjotnya lebih keras dan kasar lagi sampai bunyi “ plok... plok.. plokk...
“ karena tubuhku dan tubuhnya yang saat
itu mulai berkeringat basah saling beradu.
“ah ah ah....
pah..... aku mau sampe....... ah ah ah ahhhhhhhhh......”
Ugi mengejan
seperti orang melahirkan, tanganya mencengkeram punggungku dan “
ah........................”
Tubuhnya
terhempas, lalu terkapar tak berdaya...
Sejenak aku masih
memompa pelan, vaginanya yang longgar dan bertambah becek membuatku kurang
bernafsu dan juga kurang terasa di batang penisku.
Apalagi Ugi yang
sudah orgasme hanya terkapar dan pasif. Membuatku memutuskan untuk mencabut
penisku walaupun belum sempat menyemburkan lahar panas.
Aku segera
membersihkan diri ke kamar mandi dan mengenakan pakaianku kembali.
Aku lihat Ugi
masih tertidur lelap, sebenarnya ada rasa menyesal aku menyetubuhi Ugi, selain
sepertinya dia adalah istri orang, aku kurang merasa nyaman dan sama sekali
tidak puas jika bercinta dengan wanita yang terlalu agresif namun tidak bisa
memberikan rasa di setiap jengkalnya. Seolah bersetubuh hanya mengejar klimaks
dan orgasme saja.
Setelah menutupi
tubuhnya dengan selimut, aku segera turun ke latai bawah dan duduk di teras.
Tiba-tiba HP ku berdering dan ternyata kawan Ugi yang siap membantu pengurusan
perizinan sudah sampai di komplek perumahan. Maka aku putuskan untuk
menunggunya di parkiran ruko yang rencananya mau di urus perizinanya.
Maka segera aku
starter mobilku dan berputar ke jalan keluar tanpamempedulikan Ugi yang masih
terkapar di kamar.
"Selamat siang Bos 😃
ReplyDeleteMohon maaf mengganggu bos ,
apa kabar nih bos kami dari Agen365
buruan gabung bersama kami,aman dan terpercaya
ayuk... daftar, main dan menangkan
Silahkan di add contact kami ya bos :)
Line : agen365
WA : +85587781483
Wechat : agen365
terimakasih bos ditunggu loh bos kedatangannya di web kami kembali bos :)"