PENGALAMAN SEX "CINTA SATU MALAM" SAAT KULIAH - Cerita Sex Dewasa

Cerita pengantar tidur,inspirasi berimajinasi, dan mengenali hasrat diri

Ads Here

Wednesday, January 10, 2018

PENGALAMAN SEX "CINTA SATU MALAM" SAAT KULIAH



Aku kaget saat sebuah ciuman lembut mendarat di bibirku, setengah sadar terbangun dari tidur siangku aku mencoba untuk berpura-pura tidak terbangun.



Dari kelembutan, cara mengecup dan aroma nafasnya walaupun belum melihat wajahnya aku telah menebak jika bibir yang tengah mengulum bibirku adalah bibir Erna, gadis cantik satu angkatan di tempat aku kuliah.


Semakin lama ciuman dan kuluman bibir Erna semakin lekat dan semakin dalam, diselingi gerak lidah dan deru nafas yang kurasa semakin berat sebagai tanda Erna telah terbawa nafsu. 

Jemari lembutnya  sesekali mengusap pipi , leher dan dadaku. Seteah lelah berpura-pura tidur aku mencoba untuk pura-pura terbangun.



Ternyata benar wajah manis dibalut kerudung bunga ada dihadapanku, wajah Erna yang  satu tahun   lalu entah bagaimana mulanya  akhirnya menyerahkan kesucianya padaku.

Semua berawal dari tempat rental komputer yang sebenarnya hanyalah sebuah PC pribadi yang kutaruh di kamarku namun banyak kawan-kawan yang memintaku untuk membantu mengedit dan mengeprintkan tugasnya padaku..



Saat aku mulai menginjak semester dua di sebuah universitas, karena uang saku yang diberikan oleh orangtua ku lebih dari cukup maka aku mencoba-coba untuk membeli komputer PC utuk menunjang  kuliahku terutama saat ada tugas makalah dari dosen.


Karena saat itu masih sangat jarang mahasiswa yang memiliki komputer PC , jangankan laptop seperti sekarang kebanyakan mahasiswa akan menggunakan jasa rental komputer untuk menyelesaikan tugas-tugas baik makalah, laporan sampai skripsi. Maka tak mengherankan banyak bermunculan usaha-usaha rental komputer di sekitar kampus.

Awalnya komputer PC miliku aku taruh di kamar kosku, setelah beberapa kawan satu angkatan di fakultas Ekonomi tau kalau aku memiliki komputer maka banyak kawan-kawan yang memintaku untuk sekedar mengedit ataupun minta tolong di printkan dengan imbalan akan memberikan ganti rugi seharga di rentalan pada umumnya, menurut mereka jika menitipkan kepadaku maka lebih leluasa serta praktis tidak perlu repot ke rental komputer yang biasanya antri.

Sebenarnya saat awal-awal aku merasa cukup terganggu dan sangat menyita waktu, namun aku melihat celah di sini, jika cowok yang meminta jasaku maka aku akan mengerjakan sendiri itupun jika hanya sekedar edit dan print tidak termasuk mengetik, namun tidak jarang mahasiswi yang biasanya minta di ketikan dan mereka hanya menyerahkan dalam tulisan tangan itu dikarenakan mereka masih minim sekali pengetahuanya pada MS Office atau belum lancar mengetik.

Untuk satu dua mahasiswi aku menerimanya, namun saat ada mahasiswi yang cantik seperti  erna memintaku untuk mengetikan tugas kelompoknya maka seribu satu alasan aku mencoba untuk ngeles, akhirnya dengan tanpa menimbulkan prasangka modus aku mempersilahkan jika dia memaksa maka silahkan ketik sendiri menggunakan komputer PC ku yang artinya dia harus mengerjakanya di kamarku.


Benar saja jam 5 sore Erna ditemani  kawan satu kamar di tempat kostnya yang kebetulan tidak terlalu jauh dari kosku datang dengan membawa beberapa buku tebal, mengetok pintu kamar kosku yang kebetulan memiliki  pintu yang langsung terhubung dengan halaman, karena kamar kosku lebih mirip seperti paviliun di samping rumah utama ibu kost. 



ibu kosku ini sebenarnya memiliki beberapa rumah yang memang di siapkan untuk di sewakan kepada para mahasiswa dengan kamar-kamar  yang berfariasi, namun aku kebetulan mendapatka kamar khusus di samping rumahnya yang dulunya adalah kamar anak gadisnya yang sekarang telah berkeluarga dan ikut suaminya di luar kota.

Kupersilahka Erna dan kawanya sinta masuk, karena sudah menjadi kebiasaan pada jam 5 sore aku sedang tidur sore untuk persiapan begadang pada malam  harinya.


Erna dan Sinta asik mengerjakan tugas di samping tempat tidurku yang sengaja kubuat lesehan dengan karpet yang tebal dan berbulu lembut, dan posisi komputerpun ku letakan di meja pendek sehingga bisa duduk di karpet tanpa kursi.



Azan magrib sayup kudengar, aku terbangun kulihat erna dan kawanya masih asik mengetik, sampai akhirnya terdengar seperti mau turun hujan. “Er gemana nich jemuranku belum kuangkat” kata sinta pada erna. “ ya udah sana kamu pulang aja dulu sekalian sholat aku lagi dapet, sekalian angkatin jemuranku juga ya” Jawab Erna.

Setelah selesai mandi di kamar mandi yang ada di dalam kamarku, terdengar hujan turun begitu lebat, aku melirik erna sedang asik mengetik dan kuperhatikan hasil ketikanya masih amburadul tanda erna belum mahir mengetik, maka aku lanjut sholat disamping erna, yang membuat erna beberapa kali melirik kearahku.

“Ris ternyata kamu rajin ya” kata erna setelah sesaat aku selesai sholat an aku hanya membalas dengan senyuman saja.

“gemana Er sudah selesai ketikanya?” basa-basi aku mulai membuka perbincangan.
“tolong edit dong Ris, aku ngetiknya amburadul” jawab Erna.
“belajarlah biar bisa, sini aku pandu” kataku dengan nada menggurui.

Setelah meneyelesaikan seluruh editan dan mengeprint, kulirik jam di dinding kamarku telah menunjukan pukul sebelas malam, sebenarnya hujan sudah berhenti namun tidak selang lama kembali hujan deras turun disertai petir dan kilat yang cukup mengerikan. 

Ernapun kebingungan, “aduh gemana nich???!!!”
“ya udah tunggu reda aja, biasanya hujan kalau lebat tidak lama” jawabku menghibur

Erna sepertinya cukup terhibur dengan kata-kataku yang aku sendiri tidak meyakininya.
Namun hujan kian deras dan sudah jam 12 malam, “ aduh sinta kok ga jemput ya, bawain payung kek, kamu ga ada payung Ris?” keluh erna. 

“ Aduh aku ga punya payung Er, cowok mana ada sich nyimpen payung” jawabku
“Gemana dong, aku ga enak juga nich kalau harus ketok-ketok dah malem gini dikira dari mana nanti” keluh erna bertubi-tubi.

“ Ya udah nanti aku anter, biar aku yang jelasin ke ibu kos kamu”

Akhirnya sambil menunggu hujan reda kami ngobrol, dari pengalaman pribadi sampai keluarga. Hujan taj kunjung reda sampai jam dua dini hari. 

“Gemana Ris, Ga enak nich aku pulangnya dah malem gini”
“Ya udah Er, kalau kamu percaya sama aku, tidur aja disini. Besok kamu pulang subuh atau sekalian aja aga siang biar bisa alasan kamu dari mana” kataku berpendapat
Erna diem sejenak “ Kamu ga ngapa-ngapain aku kan Ris?”

Aku senyum “ kalau mau ngapa-ngapain dah dari tadi kali” jawabku. “ udah tidurlah di kasurku, pakai selimutnya biar aku tidur di lantai”

“Kamu ga apa Ris tidur di lantai?” tanya Erna

“ Terus gemana masa aku tidur di kasur disamping kamu, kan malah kenapa-kenapa” jawabku.
“Kamu mau pakai bantal apa guling Ris?.” Tanya erna karena aku hanya punya satu bantal dan satu guling saja. 
“Udah Pakailah, biar aku tidur di lantai dan kepalaku di kasur, kan sama kaya pakai bantal” jawabku.

Malam itu aku pura-pura tidur, begitupun Erna aku dengar dari beberapa puluh kali dia membolak-balik bantal aku menebak kalau dia sama sekali tidak tidur hingga azan subuh.

Setelah azan subuh, aku sengaja bangun dan sholat subuh. Ernapun terbangun... dan melihati aku sholat. Setelah selesai sholat erna masih tetap berbaring dan menatapku.
“Ris....” erna memanggilku
aku hanya menoleh sambil memberi  isyarat bertanya
“Kamu bener-bener bisa di percaya ya, padahal kata kawan-kawan cowok kaya kamu itu pasti ga bisa dipercaya” kata Erna
“Terus..?” tanyaku
Lalu erna duduk “ Ris sebenernya aku udah lama lho merhatiin kamu”

Aku duduk disamping ena dan mendekatkan wajaku ke mukanya “ Naksir ya.....” godaku...

Erna mengangguk dan dan tersipu...

entah darimana awalnya tiba-tiba bibir kami telah berpagutan, awalnya hanya saling mengecup namun lama-kelamaan kami saling menghisap.

Ku pegang kepala Erna yang masih di bungkus jilbab biru itu dan aku mulai mencoba memasukan lidahku ke mulut erna, terlihat sekali erna baru pertamakali melakukan itu.... nafasnya ter engah dan dia sangat menikmatinya...

Aku cari kidahnya, dan ku pilin menggunakan lidahku.., dia mulai memeluku  dan akhirnya kami terguling di atas kasur dalam posisi berpelukan dan berpagutan.

Suasana pagi yang dingin sangat membawa suasana yang mendukung,  pelukan kami semakin erat. 
Aku belum berani meraba daerah-daerah sensitif Erna, hanya kurasakan payudara nya menyentuh dadaku walaupun masih terhalang baju dan bra, namun terasa empuk dan kenyal.

Aku mulai menyingkap jilbab yang menutup lehernya namun tidak sampai terlepas, kudaratkan bibirku di lehernya yang putih dan mulus, tercium aroma kkeringatnya yang bercampur parfum yang telah mulai memudar namun justru membuat burungku mengeras, aroma keringat wanita yang menimbulkan syahwatku bergelora.

Aku yang dari sore hanya menggunakan sarung dan celana dalam saja karena sudah menjadi kebiasaanku kalau tidur, bahkan aku sering hanya menggunakan sarung saja tanpa celana dalam, namun karena malam itu ada Erna aku berinisiatif untuk menggunakan celana dalam yang langsung aku pakai saat di kamar mandi.  


Erna mulai hanyut terbawa rasa nikmat dan suasana, dadanya yang menempel di dadaku kurasakan berdegup kencang tanda nafsunya mulai bergejolak. 



Ciumanku dileher Erna smakin liar, bahkan telinga erna yang  masih terhalang kerudungnya pun tak luput dari sasaran ciuman liarku. Kulihat Erna juga sangat menikmatinya.


Karena tubuh Erna yang sering menahan geli dan menggeliat, aku tanpa sadar telah menindih tubuh erna, dada kami berhimpitan dan tanpa sengaja kemaluan kamipun bersenggolan walauun masih tertutup sarung dan celana dalam. Erna yang saat itu mengenakan rok tipis halus panjang dengan motif bunga dan model payung itu membuat kemaluan kami tetap terasa saling menempel.



Sepertinya Erna merasa keenakan, ini terbukti saat aku menekan penisku yang masih tertutup celana dalam dan sarung ke vaginaya yang tertutup celana dalam dan rok tipis itu Erna merespun dengan cara mengangkat pinggulnya agar tekanan penisku semakin terasa di vaginanya...


Nafsuku yang mulai mengelora dan rasa nikmat di penisku yang  semakin mengeras, menambah keberanianku untuk terus menekan dan menggesekan penisku di vagina erna.

Erna mulai mendesah lirih, “ah....ah.... riz.... ehm..... ah...... “ desahan itulah yang kudengar dari bibir erna yang berada di depan telingaku.

Karena semakin bernafsu aku beranikan diri untuk menyingkap rok tipis Erna dan kulihat celana dalam tipis warna pink yang erna kenakan mulai basah.

Aku belum berani menyentuh daerah sensitif itu dengan tangan, dengan cekatan akupun menyingkap sarungku dan kembali menempelkan penisku yang saat ini hanya terhalang celana dalam kami berdua saja...


 Lendir di celana dalam erna dan juga celana dalamku yang mulai basah menambah kelembutan gesekan kemaluan kami, penisku beberapa kali berkedut  tanda ada yang ingin menyembur namun aku tahan. Sampai pada ahirnya erna membuka lebar2 kedua pahanya dan menarik pantatku dengan kedua tanganya untuk menekan lebih keras  penisku ke vaginaya maka aku ikuti kemauanya aku goyang dan gesekan naik turun dan kanan kiri sampai akhirnya kaki erna melingkar di pinggangku dan dia mencengkeram kepalaku , tubuhnya mengejang sambil  berteriak tertahan “ riz...... aku pipis....... ah.......aaaaahhhhhhhh.........”  saat bersamaan akupu tak lagi mampu menahan lahar dipenisku yang pada akhirnya berkedut dan menyembur di balik celana dalam yang kupakai....



Rasa nikmat yang luar biasa..., karena baru pertama kali inilah aku mendapatkan ejakulasi dengan cara menggesekan kemaluanku ke kemaluan wanita, karena biasanya hanya menggunakan tangan atau bantal guling.

Setelah smuanya reda, kembali aku tutup rok Erna, dan juga sarung yang aku kenakan. Walaupun terasa risik dan basah di sekujur penis aku tetap  menahanya karena Erna masih menengelamkan mukanya di dadaku sambil terisak menangis.

Berlahan aku angkat kepalanya agar mukanya bisa berhadapan dengan mukaku, kutatap matanya dan aku mencoba untuk mengajaknya tersenyum dan meyakinkan kepadanya kalau semuanya baik-baik saja.



“Riz, aku malu...”kata erna.
“Malu kenapa Er, aku tau kau sayang padaku dan akupun sayang padamu. Smua ini terjadi karena kita ingin menunjukan rasa sayang kita berdua dan kita berdua sudah saling memahami”. Jelasku.


Karena  Erna masih terdiam, maka aku terus meyakinkanya kalau smua itu bukan semata karena nafsu, tapi karena kami saling menyayangi. Jika karena nafsu atau aku ingin berbuat begitu padanya pasti telah aku lakukan pada saat aku tidur di sampingnya sejak semalam.



Sepertinya  Erna mulai yakin, dan meminta kepastian dari rasa sayangku padanya.
“Er, aku sayang kamu dan kamu adalah wanita pertama yang kusentuh sampai  sejauh ini, aku berjanji akan menjaga nama baikmu dan juga rasa sayang ini membuatku bahagia. Aku belum tau apakah aku cinta padamu namun kita telah menunjukan bahwa kita telah saling menyayangi dan ingin saling memiliki. Maka yakinkan cintamu padaku dan akupun akan meyakinkan cintaku padamu.

“ iya ris akupun bahagia, walau aku juga takut kamu akan beranggapan macam-macam padaku.”

Saat aku mencoba untuk meraih kemaluan erna dengan tanganku, erna langsung mencgah tanganku
“ris, aku sedang berhalangan... kotor”
“tapi kamu ga pakai Pembalut” kataku
“iya seharusnya malam ini sudah bersih, makanya aku tidak menggunakan pembalut, tapi biasanya masih suka ngeflek” terang Erna. 

Erna langsung bangun dan masuk kekamar mandi, namun dia kembali membuka pintu kamar mandi untuk mengambil handuk yang sore tadi kugunakan untuk mandi sore.

Kudengar suara orang madi, yang menandakan erna sedang mandi. Sebenarnya terbersit  pikiran untuk menyusulnya mandi namun aku tahan karena takut menimbulkan pikiran negatif bagi erna.


Setelah limabelas menit, kulihat erna keluar dengan pakain lengkap dan rambutnya di  balut dengan handuk tanda dia habis keramas. 



Akupun langsung mengambil handuk bersih di lemari dan masuk kekamar mandi.

“Er... kalau mau ganti kaos, pilih aja ada beberapa kaosku yang lengan panjang.” Kataku sambil masuk ke kamar mandi. 


Setelah selesai mandi, aku keluar hanya dengan berbalut handuk dan aku sengaja ingin berganti pakaian di hadapan Erna. 


Kulihat Erna sedang setengah berbaring sambil membaca hasil printout ketikanya semalam, sambil meliriku yang sedang berganti.


Erna ternyata telah berganti kaos miliku, dan kulihat di gantungan baju ada bajunya yang digantung.


Setelah mengenakan celana pendek dan kaos oblong, aku kembali menghampiri Erna, tanpa dikomando kamipun saling berpelukan dan kembali berciuman, namun kali ini sudah semakin liar...
Aku buka kerudungnya yang terpasang tidak sempurna, kurasakan rambutnya masih basah dan aroma shampo masih sangat kentara.


Kembali ku serang lehernya, diapun sepertinya sudah lebih enjoi menikmati rangsanganku, bahkan belaian tanganya di rambutku menandakan keyakinanya padaku telah mulai tumbuh .

Aku coba mencium dadanya dari balik kaos yang dikenakanya aku kaget karena aku merasakan kalau dia tak lagi menggunakan BH. Aku menatap wajahnya, sepertinya dia tau apa maksudku. Dia menjelaskan kalau dia risih karena BH nya udah bau keringat makanya tidak dipakai lagi.



Maka takusia-siakan kesempatan itu, kutekan wajahku di payunaranya dan dia mulai menggelinjang kegelian, takusangka erna malah menyingkap kaosnya dan menarik mukaku ke dadanya. Maka aku langsung  mencium payudaranya yang sebelah kiri, masihbelum begitu besar, dan putingyapun masih susah untuk di kulum. Maka aku mencoba memainkan lidahku di putingnya. Erna mendesah menahan hikmat: “ah..... sayang...... geli........ ah.....” tapi dia tidak mencoba untuk berontak.


Saat nafsunya mulai bergelora, aku mencoba untuk menyingkap roknya, dan lagi-lagi aku kaget karena Erna sudah tidak lagi mengenakan Celana Dalam. 



Aku tak peduli, lansung saja tanganku ku usapkan di kemaluanya, Erna terpekik dan langsung mengangkat pinggangnya. 

Tanganku terus ku sapukan di sekitar klitoris, selakangan dan pahanya, dan sesekali aku gunakan jari tekunjuku untuk menyentuh clitoris Erna, sambil tetap ku mainkan lidahku di payudaranya.

Luar biasa, erna semakin  erat memeluk bahkan menjambak rambuku dan menekan keepalaku kedadanya, sedangkan pinggulnya bergerak turun naik menikmati rangsangan tanganku di Vaginanya...

“Ah..... sayang, ah.... ah, ah, ah...”

Kurasakan bibir vaginanya semakin basah dan licin, maka aku coba untuk menyusuri bibir vaginanya dengan jariku. Erna semakin tidak beraturan menggeliat kekanan dan kiri, nafasnya semakin menderu dan “aaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhh” erna kembali mendapatkan orgasmenya yang kedua dengan bantuan jemariku yang sebenarnya hanya bermain di bibir vagina dan klitorisnya saja tanpa masuk ke lobang vaginanya sama sekali.

Erna tersenyum manis, sepertinya dia benar-benar telah bisa menikmati orgasmenya yang ke dua ini. wajahnya terlihat sayu karena kurang tidur namun kebahagiaan tetap bisa kulihat dari senyumnya.

Saat erna meraih leherku dengan tanganya dan ingin menciumku, tiba-tiba kami dikagetkan dengan suara HP nya yang berdering.

"Hallo er, kamu dimana???, kok kamar kamu udah di kunci?. aku mau naroh cucianmu semalalam  ga sempat.. aku ketiduran. ''  ternyata suara sinta yang menelfon.

" owh... aku dah ke perpus nich, kamu si tidurnya kaya kebo... masa aku gedor2 ga bangun2" jawab erna ngeles.

" Gemana tugasnya dah selesai belum ?" tanya sinta
" Udah beres... nanti ketemu di kampus aja ya... " udah ya dah... 

Erna mencoba membuka celana kolorku  setelah menutup telfon. langsung saja tan pa basa-basi dia raih burungku dari dalam celana dalamku... walau terlihat sedikit kaget, namun sepertinya erna sudah beberapa kali melihat adegan film dewasa sehingga tanpa dikomando langsung mengulum kepala penisku dalam mulutnya,

Rasa bergetar, antara geli dan nikmat bercampur aduk di ujung kepala penisku, baru pertamakalinya aku merasakan penisku di oral oleh perempuan. burungku langsung tegak membesar, terlihat mulut erna mulai kewalahan karena sesak oleh penisku yang mulai maksimal ereksi.

"sayang... kok tambah gede, tambah gede terus.."

Aku hanya tersenyum sambil menahan nikmat, karena takut pertahananku akan jebol dan aku belum berani menyemburkan air maniku di mulut erna takut dia jijik, maka aku mencoba untuk menahan kepala erna yang masih terus naik turun memainkan penisku.

Aku angkat kepalanya, lalu aku tarik tubuhnya keatas tubuhku.

sambil kucium bibirya, aku lepas semua celanaku dan juga juga celana dalamku menggunakan kaki. kini aku hanya menggunakan kaos oblong, sedang erna masih menggunakan rok payung dan kaos oblong tanpa celana dalam dan bh.

Penisku yang telah tegak berdiri mengganjal diantara perutku dan perut erna sampai ernya menahan perutnya tidak menindih penisku, sampai ahirnya aku tarik penisku keatas sejajar dengan perutku dan aku tarik tubuh erna menghimpit penisku daiantara perutku dan perutnya.

Rasanya hangat bercapur enak, terlebih rok erna yang halus dan sedikit kasar sangat menimbulkan sensasi rasa yang sangat nikmat ketika kulitnya dan rok payungnya bergesekan dengan penisku membuatku melenguh menahan nikmat.

Sepertinya erna mengira aku kesakitan hingga dia melepas pelukanya dan mengangkat tubuhnya tanpa bergeser dari atas tubuhku, " kenapa sayang? sakit ya?. apa aku lepas aja roku?" tanya erna.
Aku mengangguk, sambil menyingkap rok erna ke atas, dam kutarik pantat erna agar menindih  kemaluanku, dan kali ini kembali penisku kuarahkan keatas sejajar perutku hingga terlihat seperti ular yang terlentang dan langsung kuarahkan vagina erna menempel dan menindih penisku yang terbaring di atas perutku...

kini belahan vagina erna tepat diatas penisku, kemaluan kami yang sama-sama basah oleh cairan pelumas alami yang terus membanjir karena rangsangan-rangsangan maka semakin menambah sensasi kenikmatan diantara kemaluan kami berdua.

Erna sepertinya mulai menemukan kenikmatan baru, tubunhya semakin giat di gerakan keatas dan ke bawah, bahkan terkadang menekan dan juga membuat gerakan memutar, penisku sebenarnya terasa pegal namun tertutupi dengan rasa nikmatnya gesekan antara bibir vagina erna dan juga titik nikmat di antara kepala dan batang penisku...


Semakin lama erna semakin ganas dalam menggesekan vaginanya, bahkan posisinya kini seperti katak yang mengankangi tubuhku, payudaranya kuremas, kulihat mukanya memerah dan matanya berulang kali terpejam menahan nikmat, mulutnya merintih dan terengah-engah....  sampai ahirnya dia memekik dan memeluk tubuhku sangat erat... sambil terus merekatkan kemaluanya ke penisku, kurasakan cairan hanyat meleleh dari kemaluanya membanjiri paha dan juga kantung telurku...

Aku yang saat itu belum keluar, masih menahan gairah, namun aku coba menahannya karena erna masih terlihat sangat lelah.

Lalu kubaringkan erna dengan rapi, kututupi pahanya setelah ku seka dengan handuk, kurapikan roknya walaupun belum menggunakan celana dalam.

Mata erna kembali terbuka, "ris.... " panggilnya lirih..
"Kamu beneran sayang sama aku kan?, kalau sudah kaya gini... aku tak mungkin bisa hidup tanpamu.."
Aku hanya menjawab dengan kecupan di keningnya.
Saat aku memeluknya, erna kembali memegang penisku yang masih mengeras walaupun sedikit mengendur.
"ih.. ini belum keluar ya?"
aku mengangguk..
" trus gemana?, mau di masukin biar keluar??" aku hanya menggeleng... " terus gemana dong???, aku dah berulang kali kok kamu ga.."
lalu erna menarik tubuhku untuk menindih tubuh nya, lalu membuka kembali roknnya bahkan dia melepasnya, lalu dia juga melepas kaosnya, dan juga kaosku...
kini kami telanjang bulat, tanpa pakaian selembarpun, lalu erna menuntun penisku ke bibir vaginanya, menggesek-gesekanya, mencoba memasukanya namun karena vaginanya masih perawan terasa mentok kepala penisku tidak dapat masuk dan terus menggesekanya. aku memang sengaja tidak menekan penisku agar masuk karena memang aku masih sadar kalau aku tak ingin merusak keperawanan erna. akal sehatku masih berfungsi.

Erna kelihatanya semakin bernafsu, beberapa kali erna menggesekan kepala penisku dengan kasar ke klitorisnya, yang semakin menonjol dan bibir vaginanya semakin basah... seandainya aku menekanya pastilah dengan sekali hentak penisku masuk ke vagina erna. tapi aku tetap menahanya.

Erna telah larut dengan rasa nikmat dan aku ingin mengantarkanya kepada orgasmenya yang ke empat, maka segera aku kulum putingya yang sebelah kanan dan kiri secara bergantian dan benar saja erna semakin mengerang dan tidak lama kemudian tubuhnya terhentak-hentak dan dari vaginanya kurasakan ada yang muncrat walaupun tak seberapa banyak, seperti cipratan minyak goreng saat menggoreng ikan.

Ternyata erna telah orgasme, ah... aku mulai pegal dan ingin mengahiri petualangan hari ini, maka dengan pelan aku naikan pahaku di atas perut erna, dan penisku kutaruh diantara belahan dada erna.
sesekali penisku yang mengeras aku gesekan di puting payudara erna bergantian, aku selusuri leher erna dengan penisku, bahkan aku sesekali menaruhnya diatas bibir erna dan ernya menyambutnya dengan menjulurkan lidahnya, lalu aku taruh di kelopak matanya, di lobang hidungnya, di antara telinga, dan hampir seluruh wajahnya aku belai dengan penisku...

Erna terlihat semakin mengenalku, mengenal penisku dan... pasti semakin mencintaiku...
kembali aku gesekan penis dan kantung telurku di antara belahan dada erna , semakin intens aku menggesekanya maka rasanya semakin nikmat dan kemudian laharku menyembur sangat banyak sekali menyiram dada, leher, bahkan ada yang ke muka dan juga rambut erna...

Erna kaget, campur girang dan tertawa geli, " sayang... banyak sekali....."
aku yang saat itu menahan nikmat, tak lagi bisa mengontrol pancaran spermaku di atas dada erna.
aku ambruk di samping erna, dan saat aku lirik erna sedang membalurkan  spermaku ke seluruh permukaan perut, dada dan lehernya, seperti masker katanya.

lalu dia mengecup kepala penisku dan menjilati sisa-sisa sperma yang masih melelleh keluar dari lobang penis.

karena lelah dan kurang tidur, maka aku terlelap entah beberapa saat. sampai aku merasakan kecupan di bibirku.

Saat aku buka mata, ternyata di sampingku telah duduk erna yang telah rapi menggunakan baju dan jilbab lengkap dan rapi.

ternyata saat aku tertidur tadi , dia pulang dan berganti pakaian bahkan juga sekalian beli makan siang yang sekaligus jadi sarapan buat kami berdua karena pagi tadi kami tidak sempat sarapan.

" bangun sayang... mandi dulu.. nanti kita makan bareng, nich aku udah beli makanan."

setelah mandi dan makan bareng, aku antar erna ke kampus dengan motor, lalu erna pun kuliah sedang aku pergi ke ruang BEM dan kembali melanjutkan tidur.




No comments:

Post a Comment