Pagi itu seprti biasa aku sampai kantor lebih cepat 10 meneit dari batas waktu yang di terapkan, walaupun bukan posisi hebat, namun keberadaanku di kantor tempatku bekerja cukup diperhitungkan.
Kenalkan namaku Aris, umur 27, tingi 168, kulit mungkin masuk kategori bersih di banding cowok pada umumnya, ini mungkin karena jarang terkena sengatan matahari langsung.
Mukaku sebenernya juga biasa, namun kebanyakan teman-teman bilang aku manis dan tak membosankan di lihat, hidung lumayan mancung, bibirku cukup sexi dan senyumku kerap membuat orang merindukanya.
Tidak tahu si apa mereka cuma bercanda atau serius, setidaknya kamu yang membaca ceritaku ini stidaknya bisa membayangkan menjadi diriku dalam kisah ini.
Jam 10.00 WIB, telpon dimejaku berkedip, ternyata aku di minta ke ruangan bu Rina manajer pengembangan di kantorku, dan pada intinya aku di tugaskan mendampingi Desi teman satu devisi denganku namun telah lebih dahulu bekerja di sini, yang walaupun seumuran namun boleh dikatakan dalam posisi pekerjaan dia dianggap lebih senior.
Sebenernya kalau umur dan usia masuk kuliah, aku dan desi seangkatan, bahkan pada semester awal kami sempat kuliah dalam ruangan dan kelas yang sama, namun karna hobi dan kebiasaanku di kampus yang lebih memprioritaskan kegiatan kampus dibanding kuliah membuat kuliahku hampir 10 semester. sedang Desi bisa menyelesaikan dalam 7 semester.
Jam 13.00 aku dan Desi berankat ke bandara diantar supir kantor, rapat koordinasi pegembangan perusahaan yang diadakan oleh kantor pusat di tempatkan di Bogor, walaupun acara di mulai besok harinya namun bagi kantor cabang yang diluar jawa seperti kami di minta bisa menginap malam ini agar besok sudah siap dan tidak kelelahan.
Hubungan aku dan Desi biasa saja, walaupun kami masih sama-sama Jomblo, kalau Desi Jomblo karena memang tak pernah memberikan kesempatan kepada cowok yang mengaguminya untuk sedikit mendapat celah mengisi hatinya, dia selalu serius dalam pekerjaan dan selalu siap saat ditugaskan.
Sedang aku jomblo karena memang belum siap dengan aturan-aturan wanita yang terkesan membatasi dan melelahkan, sehingga aku lebih memilih enjoy dalam kesendirian sehingga bebas melakukan keinginan.
Setelah sampai di Bandara Soekarno Hatta, sebelum turun dari pesawat karena kebetulan kami tidak duduk dalam satu barisan desi menanyakan mau naik apa ke Bogor, aku bilang kita naik kereta saja, namun Desi bilang ingin naik BUS saja biar bisa menikmati perjalanan, toh belum begitu buru-buru.
Aku iyakan saja, disamping dia memang tegas, toh tugas aku memang mendampinginya bukan membimbingnya, hehehe.... sehingga segala keputusan kuserahkan padanya.
Kami naik bus excekutiv jurusan Bandara-bogor, walaupun bus masih longgar aku memutuskan duduk di samping Desi agar mudah berkomunikasi, Desipun sepertinya menyetujui dengan memberikan senyuman manis saat aku duduk di sebelahnya.
Dalam perjalanan aku rasakan Desi lebih sering melihat ke arahku, walaupun aku mencoba bersikap biasa dan seolah tidak tahu, dari obrolan aku rasakan di balik sikapnya yang disiplin dan sok kuat sebenarnya Desi masuk tipikal cewek penakut dan akrab dengan kesepian.
Bahkan dia terlihat nyaman sekali saat ngobrol denganku, terselip suara dan sikap manja yang sering aku imbangi dengan candaan basi sebenarnya namun mampu membuat Desi ngikik ataupun mencubitku,
Aku merasakan seperti anak usia SMA yang baru kenalan, ah.. tapi tak apa, minimal ini bisa menambah keakraban, aku sendiri tetap berhati-hati karna takut kebablasan dalam sikap dan perkataan.
Waktu perjalanan kami habiskan dalam obrolan dan candaan, Desi semakin manja saja, bahkan sekarang dia berani memeluk lengan kiriku dan menyandarkan kepalanya di pundaku. aku anggap itu sebagai respeck dan tanda persahabatan, karna sikap Desi di kantor jauh berlawanan.
Saat aku bilang ada yang dingin empuk nempel di lenganku, desi mengangkat kepalanya dan mendongak kearahku dan mencubit pipiku dengn gemasnya, dadaku jadi berdebar... aku rasakan desi semakin dalam saja masuk ke hatiku.
Sejenak kami sama-sama diam, desi kembali meletakan kepalanya di pundaku, sedang tanganya masih memeluk erat lenganku, aku sedikit menoleh dan aku mencium aroma rambut Desi yang tebal berkilau sangat harum, Desi memang rajin perawatan, terlihat dari model rambutnya yang panjang lurus sebahu namun selalu rapi walau hanya di jepit dengan beberapa aksesori.
Kulirik mukanya, matanya terpejam entah apa dia tertidur atau pura-pura tertidur. sampai akhirnya aku beranikan mengecup ubun-ubunya dengan pelan dan penuh perasaan, sekitar sepuluh detik aku kecup ubun-ubun desi aku rasakan pelukan desi di lenganku makin erat dan aku benar-benar merasakan kalau payudara desi memang menempel di sikutku.
Setelah selesai, desi menggeser kepalanya tanpa mengangkatnya, dia melirik mukaku mukanya menghadap ke atas dengan pandangan sayu, aku baca itu sebagai tanda dia minta penjelasan atas ciumanku di ubun-ubunyamaka aku tegaskan kembali dengan mencium keningnya dan saat kucium desi terlihat sangat menikmatinya.
Desi yang saat berangkat tadi masih menggunakan setelan kantor dengan rok pendek dan baju putih tipis di padu dengan jas blazer, terlihat sangat menawan dan profesional, sehingga orang yang melihat kami berpelukanpun takan berani berfikir kalau Desi wanita murahan.
Tak terasa waktu mulai gelap, ditambah suasana perjalanan ke arah puncak Bogor yang mendung dan berkabut, desi melepas pelukanya di tanganku lalu melepas jaz blazernya sehingga dia sekarang hanya terbalut baju putih tipis yang memperlihatkan dadanya yang menonjol kencang, aku sempatkan melihat kearahnya dan pastinya pandanganku juga tak melewatkan melihat dadanya namun aku tak mau desi berfikir kalau aku memandangnya dengan pikiran mesum.
Takusangka desi meneyerahkan blazernya ke pangkuanku dan dia kembali menarik tanganku namun kali ini tidak memeluk lengan namun menaruhnya di pinggangnya dan dia kembali merebahkan kepalanya di dadaku.
Aku mengambil inisiatif menutup tubuhnya dengan blazernya karena dia nampak mulai kedinginan, aku lihat di atas kepala kami memang di siapkan selimut kecil dan bantal kecil yang masih diletakan di jendela bus.
Sambil tetap memeluk pinggang desi dengan tangan kiriku aku mencoba menutupi tubuhkami denag satu selimut, aku rasakan Desi semakin merapatkan tubuhnya, bahkan kini tanganya memeluk perutku dan lenganya menempel tepat di atas penisku...
Owh... aku jadi sedikit panik, bagaimana kalau diameraskan burungku berdenyut apalagi sampai bergerak, tapi aku tak bisa berbuat banyak, hanya mencoba meredam nafsuku agar burungku tak sampai bergerak liar.
Suasana semakin gelap, pelukan kami semakin erat, namun aku tetap menjaga sikap, walupun dada desi sangat aku rasakan menekan di dadaku, aku hanya berani sebatas mengelus pinggangnya dengan elusan mesra dan sedikit cubitan gemas di pinggangnya.
Beberapa ciuman mesra di keningnya membuat Desi semakin mendongakan kepalanya hinga ciumanku bisa turun ke matanya, desi memejamkan mata dan terlihat sangat menikmati ciuman mesraku di matanya, aku cium mata kanan dan kirinya, desi semakin mendongak dan ciumanku turun kehidung dan belahan hidung dan pipi... desi sempat melenguh karna terbawa suasana... walaupun aku sudah biasa berciuman dengan pacar-pacarku semenjak SMP namun mencium desi dengan penuh perasaan merupakan hal baru dan sangat sensasional.
Aku merasakan bibit kasih sayang itu tumbuh seiring dengan sentuhan lembut yang mengalir seirama, aku yang selama ini tak pernah memposisikan hatiku untuk mencoba tertarik pada Desi mungkin karna rasa segan, kini mulai merasa menyayanginya dan anehnya aku sama sekali tak berfikir kotor ingin mendapatkan keuntungan dari suasana ini, smua mengalir begitu saja tanpa ada kontrol dan tanpa ada rencana. aku melakukanya dengan rasa sayang dan akupun siap mengahirinya andaikan desi sudah mencukupkanya.
Ciumanku baru saja sampai di bibirnya, dimana ini ciuman bibir termesra sepanjang sejarah perjalanan asmaraku dengan wanita, aku menggeser bibirku pelan dari pipinya turun ke arah bibirnya lalu aku hentikan bibirku tepat di sela bibirnya.., kami sama sama menikmati bertemunya bibirku dengan bibirnya kami rasakan begitu lembut, tanpa ada penekanan... sejengkal demi sejengkal kami sama-sama membuka bibir kami dan dengan sanagat pelan bibir kami saling menarik satu sama lain, hingga ciuman kami perlahan namun pasti semakin dalam dan semakin dalam.
Entahlah, aku seperti baru pertama kali saja berciuman bibir, aku benar-benar terbawa suasana dan cara Desi menunjukan kasih sayangnya, aku benar-benar larut dan tak bisa mendominasi sama sekali, kami lakukan bersama, kami mulai bersama, berproses bersama tanpa ada respon menolak juga tak ada respon meminta apalgi memaksa.
Tiba-tiba Bus berhenti, aku melepaskan ciuman bibir kami yang begitu dahsyat namun sangat pelan dan mesra itu dengen pelan, sambil ku membelai pipinya dan ku akhiri dengan mencium keningnya.
Desi membuka matanya, lalu mengangkat kepalanya, sejenak kemudian lampu dalam Bus menyala, kami menutup kisah mesra ini dengan baik.
Bus sudah sampai diterminal Bogor, setelah memakaikan jas blazer Desi, aku mengambil koper Desi dan Tas ku, saat turun dari Bus desi kembali memeluk lenganku, menggelayut dengan mesra, aku kembali menyimpulkan kalau Desi sudah mulai membuka hatinya dan memberanikan diri mengekspose kemesraan kami, wow.. kalau hubungan kami benar-benar berlanjut, akan banyak cowok yang patah hati dan takan meyangka jika Desi menjatuhkan pilihanya padaku, padahal aku hanya sebagian kecil dari cowok yang tak mencoba menarik perhatian Desi.
Setelah menelfon Taxi, kami berangkat menuju Hotel tempat kami menginap sekaligus juga acara rapat besok pagi di meeting roomnya,
Saat turun dari taxi,aku menggendong tas dan menarik koper Desi, sedang desi hanya menjinjing tas tangan yang biasa dia bawa ke kantor, desi kembali mengapit lenganku namun kali ini dia tidak meluknya, hanya menggenggamnya saja namun tak melepasnya, ini artinya Desi tak menolak jika orang lain tau kedekatan kami namun dia juga menjaga pikiran negatif orang lain atas hubungan kami.
Saat di taksi tadi pun Desi bersikap wajar, karena suasana tak memungkinkan, aku sendiri berfikir bahwa kemesraan kami tadi di Bus hanyalah awalan keakraban dan tanda rasa saling sayang kami, dan kini saat sampai di dunia kerja kami tetap harus profesional, tak pernah terfikirkan sama sekali olehku untukmemanfaatka situasi kondisi sekarang untuk menodai Desi.
Setelah melapor kerecepsionis, kami mendapat 2 kamar tipe standar denag tempat tidur single yang artinya hanya cukup untuk 1 orang/kamar. dan kebetulan kamar kami ada di lantai 2 dengan lobi belakang yang pemandanganya cukup bagus.
Aku antar desi dan kopernya ke kamarnya, setelah sebelumnya memesan makan malam diantar ke kamar saja, kami tak melakukan apa-apa, aku langsung menutup pintu kamar desi dan segera masuk kekamarku dan aku segera mandi.
Aku hanya mengenakan celana pendek jeans dan kaos oblong, kebiasaanku saat malam. aku merebahkan tubuhku di kasur, mengingat memori sore tadi bersama Desi, aku benar-benar tak menyangka kalau kami akan melakukan itu, tanpa intrik, tanpa rayu, tanpa kata-kata, smua berjalan begitu saja. bahasa cinta memang tak semua berupa kata-kata.
Tiba-tiba HP ku berbunyi, ternyata Desi menelfon. dia mengajak makam malem bersama saja di lobi kamarnya, katanya makanan sudah di antar.
Aku melompat dan segera menuju kamar desi, ternyata desi tak mengunci kamarnya. dia masih menggunakan mukena,
Setelah masuk, aku segera menuju lobi dan makan malam bersama Desi sambil menikmati suasana malam, kemesraan kembali tercipta, desi menyuapiku dengan mesra dan sesekali kami selingi dengan ciuman-ciuman ringan di pipi.
Sehabis makan malam, kulihat jam di HP sudah menunjukan 21.30, setelah membereskan bekas makan aku berniat pamit untuk kembali ke kamarku, karna sama sekali tak terbersit sedikitpun niatan untuk tidur bersama desi.
Namun saat aku mencium keningnya, Desi memeluku sangat erat sambil berbisik kalau dia takut tidur sendirian apalagi di Hotel yang berada di kawasan pegunungan dengan suasana alam yang jarang dia dengar di kota.
Aku langsung membopongnya ke tempat tidur, aku bilang aku akan menemaninya sampai dia pulas nanti baru balik kekamarku.
Aku rebahkan tubuh desi diatas kasur, tubuhku masih di dekapnya sehingga saat itu posisiku seperti menindih tubuhnya.
Tangan Desi melingkar di leherku matanya menatapku sayu, bibirnya bergerak-gerak seolah menunggu bibirku melumatnya.
Tanpa komando, bibir kami saling berpagutan, namun bedanya dengan saat di Bus kali ini smua berlangsung begitu cepat dan panas, ciuman Desi sangat bersemangat nafasnya memburu dan dari mulutnya keluar desahan-desahan khas nafsu.
Aku menghentikan sejenak ciumanku, aku tatap matanya... dan aku beranikan bertanya
"Des.. apa maksud dari smua ini?, kenapa kita sampai sejauh ini.." tanyaku
Di sela nafasnya yang tersengal Desi menatapku tajam..
"Ris, aku menyukaimu sudah semenjak dikampus dulu.. aku pendam rasa ini hingga saat ini tiba, aku tak mungkin melepasmu sayang, aku tak pernah membuka hati ini pada siapapun, karna aku hanya ingin mempersembahkanya padamu, terserah kamu mau menerimanya atau tidak, terlepas kamu akan membalasnya apa tidak"
Desi seperti menumpahkan segalanya padaku, aku semakin larut dengan ketidak percayaanku. aku serng mencumbu pacar-pacarku namun biasanya karna kami sudah sama-sama pernah bercumbu dengan yang lain, namun kali ini aku sedang bercumbu dengan wanita yang rela mempertahankan dirinya untuk tidak dicumbu oleh siapapun karna hanya ingin dicumbu olehku...
Aku tak mengatakan apapun, pikiranku bergemuruh antara haru dan bahagia, bangga dan bingung, namun anehnya nafsuku justru bangkit... aku seperti mendapatkan apa yang selama ini aku cari, di depanku ada wanita yang sangat cantik sesuai keinginanku, dia mencintaiku dengan tulus dan sepenuh hati serta menginginkanku sepenuhnya, maka aku harus membahagiakanya malam ini.
Aku mencumbu Desi dengan sangat hati-hati, aku abaikan nafsuku.. yang aku lakukan semata-mata agar Desi bisa merasakan kebahagiaan sebagai hadiah dari ketulusanya selama ini.
Aku kecup keningnya, dua kelopak matanya, ujung hidungnya, belahan pipi dan hidungnya, lalu menyelam dalam di rongga mulutnya..... ciuman kami benar-benar luar biasa, lidahku dan lidah desi saling melilit, air liur kami telah bercampur aduk... dan hati kami sudah saling mengisi.
Ciumanku turun keleher Desi, aku kecup seluruh jengkal lehernya membuatnya semakin kelabakan seperti menahan rasa yang tak bisa di ungkapkan, mengerang... mendesah membuatku semakin ingin memberikan lebih, dan lebih...
Ciumanku berubah jilatan di lehernya yang jenjang putih bersih, aku jilati hingga ke pangkal telinga, aku kulum seluruh daun telinganya dan aku masukan lidahku ke lobang telinyanya membuatnya melenguh seperti kesetanan.
Tangan Desi menarik kaosku hingga terlepas, tanganya menyusuri dadaku yang cukup bidang, aku kembali melanjutkan aksiku... kini ciumanku turun kedada desi yang masih tertutup baju tidurnya, aku rasakan ada sesuatu yang mengganjal, saat aku kecup sepertinya itu puting susunya, ternyata Desi tidak menggunakan BH.
Ciumanku kini di perut Desi, perutnya memang sudah terbuka karna baju tidurnya terangkat saat kucumbu tadi hingga aku mulai menciumi kulit perutnya sampai ke lobang pusatnya, tubuh Desi bergidik, tangan kananya mengapai kepalaku, menjambak halus rambutku sebahgai ekspresi geli dan nikmat, lalu tangan kirinya menyingkap baju atasnya hingga tersingkap seluruh buah dadanya.
Tangan Desi menarik kepalaku ke arah buah dadanya yang lancip dan tak begitu besar, khas payudara yang tak pernah tersentuh, putingnya kecil memerah namun panjang.
Payudara Desi memang beda dari wanita2 yang pernah aku cumbu sebelumnya, punya Desi sangat indah, dan aku yakin masih murni karna semua masih terlihat sangat alami.
Aku jilat putingnya, tubuh Desi bergetar.... aku jilat-jilat memutar, tubuh desi semakin semakin bergetar dan dia menekan kepalaku tenggelam ke dalam dadanya, aku reflek membuka mulutku dan seluruh ujung payudaranya mesuk ke mulutku hingga penuh.
Aku hisap kuat-kuat dan tubuh Desi semakin bergetar tak karuan dan dia menjambak rambutku sangat kuat dan ah............. tubuh Desi melengkung..... lalu terhempas sangat kuat, hingga payudaranya terlepas dari mulutku, nafasnya tersengal seperti baru saja melepas sesuatu, aku sebenernya agak khawatir namun setelah aku lihat nafasnya mulai teratur, aku baru sadar kalau Desi barusaja mengalami Orgasme yang pertama... dan hebatnya ini adalah orgasme Payudara.. wow...
kata temanku yang seorang dokter specialis kandungan, wanita yang mampu orgasme payudara hasrat sex nya sangat bagus.
Nafas Desi mulai teratur, matanya masih terpejam, aku mengangkat kepalanya, lalu memperbaiki posisi bantal di bawah kepalanya, aku lihat lehernya masih basah bekas jilatanku tadi.
aku turunkan kembali baju tidurnya yang tersingkap, aku tarik selimut untuk menutupi tubuhnya. setelah beberapa saat aku tunggu sepertinya Desi terlelap. aku pandangi wajahnya yang sangat manis, aku merasa bangga di cintai oleh wanita sehebat dia. ini meruntuhkan nafsuku, penisku yang sedari tadi sudah memberontak kini mulai mereda. aku sendiri belum pernah melakukan ML dalam artian yang sesungguhnya, karna selama ini hanya sebatas petting atau menggesekanya di payudara hingga muncrat, tentunya setelah pasanganku mengalami orgasme.
Aku memutuskan untuk kembali kekamar, entah mengapa aku merasa begitu relax padahal belum mengalami ejakulasi.
Aku berbaring di kasur kamarku, aku merasa sangat lelah dan ngantuk... sepertinya mencumbu Desi dengan penuh perasaan benar-benar membuatku nyaman, aku terlelap begitu saja...
Entah berapa lama aku tertidur, hingga aku terbangun dan merasakan ada sesuatu dengan penisku, aku mencoba melihat ke bawah ternyata desi sedang mengoral penisku, namun tak seperti wanita lain, desi tidak mengulum tapi mengecup dan menjilat penisku dari pangkal hingga ujung..
Penisku terlihat sudah membesar, anehnya kenapa aku tak terbangun saat desi mulai membuka celanaku, mungkin dia begitu pelan dan lembut sekali, selembut dia merangsang penisku.
Geli bercampur nikmat, bahagia bercampur bangga...
Kini aku menyimpulkan bahwa Desi benar-benar mengninkanya, makanya aku menarik tubuh desi hingga menindihku, aku buka baju tidurnya sekaligus celana dan celana dalamnya.
aku merubah posisi menjadi 69 dan Desi berada di atasku, aku mulai menciumi belahan Vaginanya yang masih sangat rapi, dengan rambut tipis. baunya sangat wangi... entah pakai perawatan apa namun aku kira ini bukan dari luar namun perawatan berupa jejamuan.
Saat aku mulai menjilati clitorisnya, desipun mulai memainkan penisku.... aku remas bongkahan pantatnya dan desi mulai menimbangi dengan goyangan lembut pada pinggangnya, lidahku kini saling beradu menjilat dan menyelip di antara belahan vaginanya.
Ku buka belahan vagina Desi, karna lampu kamar tidak di matikan aku dapat dengan jelas melihat selaput dara (hymen) yang masih menutupi vaginanya... Desi benar-benar masih murni...
Aku masukan lidahku ke sela-sela vagina desi, sampai menyentuh bagian dalam... desi sepertinya kegelian namun terus mencoba lagi hingga aku rasakan ada cairan merembes di dinding vaginaya... desi mulai bernafsu dan merasakan sensasi rangsanganku.
Aku balik tubuh desimenjadi di baah, dan aku tempatkan bantal di bawah pantatnya, kembali aku jilati clitorisnya, hanya kali ini bukan lagi dalam posisi 69.
Desi mulai mengerang dan mendesah... namun tak lama dia menarik tanganku dan tubuhku di posisikan di atasnya.
Dia mencim mulutku, sedang tanganya meraih penisku dan mengarahkanya ke lobang Vaginanya.
Aku berusaha menahanya, namun Desi berbisik di telingaku... "Mas aku yang menginginkanya, aku takan menuntut dan menyalahkanmu... aku cinta padamu dan aku ingin menyerahkan kesucianku padamu, andai aku tak bersamamu aku sudah bahagia karna kesucianku telah kupersembahkan padamu.
Aku tersenyum, maka aku mulai mendorong sedikit demi sedikit, Desi masih membimbing penisku... di putar-putarnya kepala penisku hingga terasa basah bercampur cairan vaginya dan cairanku... semakin lama semakin masuk... sedikit tertahan oleh sesuatu yang agak susah di tembus...
Desi mengerang dan sedikit meringis seperti menahan nyeri, namun pinggulnya tetap bergoyang mengimbangi gerakan penisku yang aku coba untuk menggerakanya walau baru sebatas kepalanya..
Rasa nikmat sangat terasa di ujung penisku, hingga aku rasakan penisku semakin dalam masuk dan saat aku coba mendorongnya agak keras penisku mulai masuk blesssss walaupun terasa neri karena terjepit tulang Vagina Desi yang masih sangat kencang.
Seelah beberapa kali dorongan penisku semakin jauh tenggelam dan aku dorong sedalam mungkin sampai ujung penisku menyenggol sesuatu di dalam, penisku memang panjang hingga sepertinya mentok di ujung mulut rahim Desi.
Tubuh Desi seperti cacing kepanasan, walau dalam ruangan AC, tubuh kami masih berkeringat, aku semakin bersemangat memainkan penisku di hingga tiba-tiba Desi mendekap tubuhku, dan aku rasakan vagina Desi menyedot keras dan aku tak dapat menahan gejolak dalam penisku yang begitu nikmat dan semakin lama semakin nikmat, aku berusaha untuk tak menyeburkanya namun penisku benar-benar seperti di urut syarafnya dari pangkal hingga ujung... padahal saat itu aku sengaja tak menggerakan penisku namun apa hendak di kata penisku berdenyut dan crot..... semburan pertama yang begitu kencang di susul dengan semb uran berikutnya ... Desi menjerit dan mendekap tubuhku dan tubuhnya seperti tersengat listrik menggelepar melengkung lalu terhempas, tubuhnya tetap medekap tubuhku, dan penisku tak boleh di lepasnya ... kami tertidur dalam posisi berpelukan.
"Selamat siang Bos 😃
ReplyDeleteMohon maaf mengganggu bos ,
apa kabar nih bos kami dari Agen365
buruan gabung bersama kami,aman dan terpercaya
ayuk... daftar, main dan menangkan
Silahkan di add contact kami ya bos :)
Line : agen365
WA : +85587781483
Wechat : agen365
terimakasih bos ditunggu loh bos kedatangannya di web kami kembali bos :)"