PAYUDARA LANCIP MARNI PEMBANTU REMAJA DARI DESA - Cerita Sex Dewasa

Cerita pengantar tidur,inspirasi berimajinasi, dan mengenali hasrat diri

Ads Here

Monday, September 24, 2018

PAYUDARA LANCIP MARNI PEMBANTU REMAJA DARI DESA


Siang itu aku sengaja keluar dari kantor, aku hanya titip pesan kepada  siska jika ada yang mencariku bilang saja aku sedang ada urusan luar.

Aku meluncur menuju komplek ruko di salah satu sudut kota, aku memang sengaja ingin mendatangi salah satu yayasan yang menyedikan jasa pelatihan dan penyaluran asisten rumah tangga.

Berbekal informasi dari Rudi teman kantorku, aku mencoba peruntungan untuk mencari pembantu yang siap bekerja di rumah yang baru saja aku beli dari developer ternama di kompleks perumahan yang cukup terkemuka di Jambi.

Perkenalkan namaku Aris, umurku 29, atletis, kulit bersih, muka lumayan terawat dan cukup untuk membuat wanita pendamba cowok macho melirik saat berpapasan denganku.

Aku bekerja di sebuah perusahaan yang lumayan maju dan banyak bergerak di bidang pertambangan sebagai kepala staf acounting, slain pengalaman dan kemampuan aku memang sangat mendalami pekerjaanku karena hobi.

Selain sebagai karyawan, aku sebenernya sudah lumayan cukup berpenghasilan dari beberapa usaha yang telah aku rintis mulai dari 3 minimarket, 2 tempat spa muslimah, dan beberapa salon kecil yang aku rintis yang mulai berkembang.

Aku mempercayakan semua usahaku kepada Yuni, karyawati pertamaku yang sudah mempercayakan jiwa raganya padaku dan siap melakukan apapun demi mendapat kepercayaanku walaupun aku tak telah terang-terangan menjelaskan bahwa aku takan menjadikanya istri namun dia rela tidak mencintai siapapun dan tak mau menerima cinta siapapun demi tetap bersamaku.

Dua hari lalu, aku membeli sebuah rumah yang masuk kategori menengah di komoleks perumahaan mewah, walau bukan kategori termewah namun rumah yang aku beli termasuk cukup lengkap, segala fasilitas standar hotel bintang 5 tersedia di rumah ini.

Rumah dengan 2 kamar tidur di lantai 2 yang smuanya superior, dan satu kamar pembantu di lantai bawah dengan ruang tengah dan ruang tamu yang sudah lengkap fasilitasnya.

Setelah beberapa kali berputar-putar di komplek ruko ini, akhirnya aku menemukan yayasan yang aku cari, sebuah plang yang sudah cukup usang terpampang di atas ruko dua pintu di deretan ruko-ruko yang lain.

Setelah memarkir mobil BRV ku di tempat yang cukup teduh aku mencoba memasuki ruko yang telah di modifikasi sebagai kantor yayasan yang menyediakan jasa pelatihan dan penyaluran PRT itu.

Setelah membuka pintu, seorang perempuan setengah baya menyambutku, lalu aku mengutarakan segala sesuatu yang menjadi maksud dan tujuanku.

Perempuan yang memperkenalkan dirinya bernama ibu Putri itu adalah petugas yang memang menangani segala urusan di yayasan PRT itu dibantu dengan beberapa karyawan.

Setelah mengisi formulir, dan menyerahkan fotocopy KTP dan persyaratan lain, bu putri mengatakan bahwa mereka sedang kehabisan stok calon asisten rumah tangga yang sudah siap turun di lapangan, mungkin sekitar 15 hari lagi baru ada yang siap untuk di salurkan, karena dari 7 calon asisten rumah tangga yang sedang di training di yayasan ini smuanya baru sekitar satu minggu di latih, hanya ada 2 yang sudah hampir 3 minggu, itupun 1 masih di bawah umur dan 1 nya sudah di pesan oleh sebuah keluarga yang tinggal di kompleks perumahan yang sama dengan rumah yang aku beli, hanya beda blok dan cukup jauh.

Karena aku sedikit memaksa, maka aku di ajak nik ke lantai 2 dimana itu adalah mess bagi mereka para calon PRT yang menunggu di salurkan ataupun yang masih dalam masa pelatihan.

Naik di lantai 3, disinilah aku melihat 9 orang calon PRT sedang menjalani pelatihan memasak, bu Putri menunjukan dua orang yang sedang memasak secara terpisah, yang 1 adalah wanita setegah baya berbadan cukup bongsor itulah yang sudah di pesan dan sminggu lagi akan di jemput, dan yang satunya adlah gadis kecil berbadan mungil yang menurut keterngan bu Putri baru berumur 16 tahun namun di kirim oleh makelar yang bertugas merekrut dari desa-desa, katanya siapa tahu ada yang membutuhkan sebagai Asisten caangan.

Aku justru tertarik dengan gadis kecil itu, walaupun terlihat kalau gadis ini dari kampung, rambutnya yang tidak begitu terawat panjang sepnggang di ikat seadanya, saat bergerak keana kemari aku lihat dia cukup lincah dan cekatan dan sepintas ku lihat wajahnya lumayan manis dan menarik walau tak memakai make up namun aku yakin jika di make over sedikit saja pasti dia akan terlihat cantik, karena bibirnya mungil dan hidungnya cukup mancung.

Saat di tunjukan pada 7 calon PRT yang masih baru aku tak begitu memperhatikan, sampai saatnya aku diajak turun kembali ke lantai 1.

"bagaimana pak?, apa sudah ada yang cocok untuk di pesan?. nanti biar kami didik secara khusus dala 1 minggu ini agar bisa segera di jemput, namun kami harus membayar orang secara khusus maka akan ada tambahan biaya" kata bu Putri nyerocos.

Aku sebenarnya sudah menjatuhkan pilihan pada gadis mungil yang ternyata bernama Marni, namun aku tak ingin terkesan tertarik berlebihan padanya.

"gini bu Putri, aku sebenernya butuh cepat kalau bisa hari ini bisa aku bawa karena kebetulan aku mau keluar kota cukup lama dan pembantuku sendirian di rumah, biar nanti dia ada kawanya makanya aku nyari 1 lagi, biar nanti dia yang melatihnya" kilahku beralasan, padahal sebenernya aku belum ada pembantu sama sekali di rumah baruku.

Sambil menyodorkan uang 2 juta rupiah sebagai biaya administrasi pengganti jasa pelatihan dan lain-lain aku menambahkan lagi satu juta rupiah sambil mengatakan kalau sepertinya Marni sudah cukup siap untuk bekerja, jadi jika di perbolehkan mungkin akan langsung saya bawa saja marni hari ini.

Karena melihat aku menambahkan uang, bu Putri langsung saja menyetujui dan minta waktu untuk menyiapkan segala sesuatunya dan minta aku menjemputnya 2 jam lagi.

Aku keluar untuk makan siang di tempat yang tidak terlalu jauh dari yayasan PRT itu, dan satu jam kemudian HP ku berdering, ternyata bu Putri memberi tahu kalau marni sudah siap di jemput.

Marni tertunduk saat menyalami aku dan mencium tanganku, terlihat rona bahagia mungkin karena dia selama ini khawatir tidak ada yang mau mempekerjakanya namun kini ada yang menjemputnya.

Menggunakan kaos oblong murahan dan clana jeans KW yang banyak di jual di kaki lima, dan satu tas ransel yang sudah lusuh, Marni terlihat segan saat aku mengajaknya naik ke mobil BRV ku, aku sengaja meminta tasnya dan memasukanya ke bagasi belakang dan Marni aku suruh duduk di kursi samping supir.

Terlihat sangat grogi dan kikuk saat duduk di dalam mobil, bahkan menggunakan sabuk pengaman saja Marni belum bisa sehingga aku mengajarinya dengan menarik sabuk dari samping kirinya dan melewati dadanya, setelah di kunci aku melihat sabuk yang menyilang di dadanya agak sedikit melintir maka aku mencoba meluruskanya dan scara otomatis menyentuh payudara Marni dengan lempeng saja aku melihat wajah Marni sedikit memerah.

Setelah sampai di rumah, aku langsung menjelaskan pada Marni bahwa ini rumah masih baru di tempati maka tugasnya adalah merawat rumah ini sebaik-baiknya selama 24 jam.

Sejenak aku terbersit pikiran nakal, bagaimana kalau Marni yang masih polos aku cetak saja sebagai pembantu yang siap apa saja tanpa dia merasa aku perdaya, apalagi dia masih sangat polos.

Aku menyuruh Marni mandi di kamar mandi yang ada di kamarku saja, aku suruh dia mengambil tas yang berisi perlengkapan mandi dari sabun hingga handuk dan beberapa lembar pakaian yang sengaja aku beli saat melewati butik langgananku tadi.

Aku sengaja menyuruhnya membuka pakaian di depanku tentunya engan langsung membalutkan handuk Marni menurut saja melepas seluruh pakaiannya dan menyerahkan padaku saat aku memintanya.

Saat Marni sedang mandi di kamar mandi yang ada di kamarku, aku memasukan pakaian yang tadi di pakai Marni kedalam tas dekilnya bercampur denga barang-barangnya yang dia bawa dari desa.

Aku sengaja menaruh tasnya di kamar pembantu, memasukan ke dalam lemari dan aku kunci, aku sengaja mengunci kamar yang lain dan nanti akan kujadikan alasan bahwa kanmar yang bisa di pakai baru satu-satunya sehingga Marni mau tidak mau tidur di kamarku.

Saat aku masuk ke kamarku, aku lihat marni sedang kebingungan sambil memegang pakaian yang telah di pilihnya namun dia sedang mencari BH dan celana dalamnya mungkin, aku jelasin kalau dirumah dia tidak perlu memakai BH atau Celana dalam, namun kalau mau keluar dia boleh memakainya.

Dia aku suruh memakai baju tipis mirip daster dengan bahan yang sangat lembut, aku bilang karna dia tinggal dirumah seperti ini dia harus menyesuaikan diri dan dia mau saja, dia berganti pakaian di depanku tanpa ada rasa curiga.

Setelah aku ajak mengelilingi rumah, aku jelasin apa saja yang harus dia kerjakan saat aku ga ada, dan apa saja yang harus dia siapkan saat aku di rumah sepertinya dia dengan mudah memahaminya, walaupun aku yakin ada beberapa alat yang dia belum bisa menggunakanya. tapi biarlah... nanti dia akan memahami satu per satu.

Aku juga menjelaskan kalau pakaian dia smua aku simpan karena tidak pas di pakai di kompleks perumahan mewah seperti disini, dan kamar yang bisa di gunakan baru satu sehingga nanti dia tidur di ranjangku saja, dia di kiri dan aku di kanan, dia mengangguk saja. mungkin dia memang masih polos dan dunianya berubag 180 derajat sehingga apa yang aku beritahu dia benar-benar mengikuti tanpa ada protes sedikitpun.

Aku juga sering melakukan kontak fisik seperti membelai rambutnya, mendorongnya saat menaiki tangga sehingga membuat ketegangan sikapnya cukup mencair tanpa ada kesan aku ingin berbuat mesum padanya.

Sejenak aku mengajaknya nonton TV di kamar, aku bilang kita istirahat dulu, nanti sore aku mau mengajaknya ke salon untuk perawatan agar dia tidak terlihat ndeso.

Dia ikut saja saat aku menuntunya naik ke ranjang, lalu aku hidupkan TV, dia beberapa kali menguap tanda dia kelelahan karna dari pagi mungkin dia telah ber aktifitas sampai dia jg grogi saat naik mobil td hingga berada di tempat baru yang sangat nyaman tentunya membuatnya mengantuk,

Sambil menarik selimut tebal aku menyuruhnya berbaring membelakangiku dan aku suruh dia memeluk guling yang memang hanya ada 1, lalu aku tutup tubuhnya dan tubuhku sambil aku berbaring memeluknya dari belakang.

Marni diam saja, aku rasakan tubuhnya bergetar, maka aku tak melakukan apapun selain melingkarkan tanganku di perutnya, suhu AC sengaja aku stel di 16 derajat sehingga suhu kamar terasa sangat dingin dan membuat pelukan dan selimut menjadi sangat memberikan rasa nyaman.

Aku sendiri yang cukup kelelahan tertidur tidak tau sampai berapa lama hingga tiba2 HP ku berering dan saat ku angkat ternyata ada pengantar paket, aku lihat Marni sangat pulas tertidur, aku turun ke bawah dan mengambil paketan yang semuanya adalah pakaian Marni yang aku pesan secara online sebelum tidur td,

Saat aku masuk kekamar, kulihat tempat tidur sudah rapi, dan saat aku cek ke dapur sepertinya Marni sedang membuatka aku teh, aku menunggu di ruang tengah saat marni menyuguhkan teh dan roti yang diambinya dari kulkas.

Aku minta Marni mengcek smua pakaian yang aku pesan dan mencobanya satu persatu di depanku.

Marni benar-benar sudah terkena hipnotisku, dia aku surup pakai BH dan CD yang baru saja aku beli di depanku dia menurut saja, aku lihat payudaranya baru tumbuh lancip dan cukup kecil dengan puting yang belum begitu kentara.

Sedang selakanganya baru di tumbuhi bulu halus tipis sehingga masih erlihat sangat bersih.

Aku menyuruhnya mandi dan memilihkan baju untuk dia pakai keluar karna dia aku mau ajak ke salon.

Sebuah rok mini yang longar dan kaos ber merek yang sangat pas dan cantik di pakai remaja seumuran Marni, aku sendiri segera mandi dan aku juga berganti pakaian di depan marni, sengaja aku ingin Marni berfikir bahwa hal ini adalah wajar saja bahkan saat marni melihat penisku dia hanya memandang sambil mukanya sedikit memerah namun tidak mencoba menghindar.

Setelah membereskan semua pakaian kotor, aku akjak marni keluar menggunakan sepatu yang sangat modis setelan dari baju dan roknya.

Aku mengajak Marni ke salon SPA muslimah miliku, aku suruh Nadia menata rambut marni dan melulur tubuhnya. aku berpesan ke Nadia untuk memberi tahu marni beberapa hal namun jangan menceritakan selain yang aku suruh, Nadia memahami apa yg aku suruh.

Jam 9 malam, nadia menelfonku yang masih berbelanja beberapa bahan makanan untuk persediaan di rumah, setelah smua masuk ke bagasi, aku jemput Marni di salon.

Saat marni keluar, aku sangat takjub, wajah marni terlihat putih bersih alami dan kecantikanya semakin terlihat, kulitnyapun terlihat bersih cerah tak seperti saat aku menjemputnya di yayasan PRT tadi siang.

Nadia mengantarkan ke depan, dan membawakan beberapa paket perawatan kulit dan make up harian yang bisa di pakai Marni di rumah nanti.

Rambut Marni terlihat sangat rapi, di potong sedikit namun tetap di sekitar pinggang, terlihat lurus berkilau. wow marni terlihat seperti gadis kota bukan asisten rumah tangga.

Sebelum pulang aku mengajak Marni makan malam di restoran langgananku, setelah itu kami langsung pulang, aroma tubuh Marni yang wangi sontak membuat penisku berdenyut-denyut walaupun aku masih konsen menyetir.

Sesampainya di rumah, marni langsung bersih-bersih di kamar mandi dan aku berganti pakaian, sepertinya Marni telah mendapat tips dari Nadia agar dia membersihkan dirinya sebelum tidur sesuai seleraku saat aku ada di Salon SPA muslimah miliku, karna aku juga kerap menginap di sana dan stiap aku tidur di Salon maka secara bergantian Nadia dan yang lain menemaniku tidur.

Marni keluar hanya berbalut handuk, entah mengapa aku begitu bergairah  melihat Marni malam ini, mungkin karena dia kini terlihat begitu cantik dan wangi, namun aku mencoba meredamnya.

Setelah bersih-bersih dan berganti pakaian, aku langsung menyusul marni yang sudah berbaring lebih dulu di ranjang, dan saat aku sudah terlentang marni menarik slimut tebal dan menutupi tubuh kami brdua.

Marni langsung memeluk guling dan membelakangiku, seoalah menyuruhku memeluknya, akupun langsung memeluk tubuh marni, namun kali ini aku benar-benar bergairah.

Tangankulangsung menyelinap di baik baju terusan Marni membelai pahanya naik ke perut Marni, tubuh Marni bergetar dan mengelinjang geli namun tak menolak, apalagi saat telapak tanganku mengelus payudaranya aku rasakan tangan marni menggenggap erat guling yang di peluknya.

Aku sengaja memainkan permainan ini dengan pelan, agar Marni tak panik, setelah beberpa saat marni sepertinya mulai menikmati permainanku,

Rintihan Marni mulai terdngar lirih saat aku mulai memilin putingnya yang mungil, sambil aku ciumi lehernya dan daun telinganya, aroma tubuhnya yang wangi dan rambutnya yang kini sangat membangkitkan nafsu membuatku semakin bergairah dan bersemangat mencumbunya.

Walau masih sesekali menahan geli Marni mulai larut dalam cumbuan kenikmatan yang ku berikan.

Marni melenguh dan mengejang, saat jariku mulai memainkan clitorisnya, memeknya sudah terasa basah tanda dia sudah bergairah dan birahinya bangkit.

Aku memainkan cliroris marni dengan sangat lembut, aku tak mau membuatnya trauma, berlahan aku rasakan cengkraman pahanya sedikit mengendor dan tubuhnya tak lagi menggigil tanda Marni sudah mulai relax dan menikmati.

Bahkan saat jariku mulai aku selipkan di antara belahan vaginanya yang masih sangat sempit itu dia sedikit membuka dan aku rasakan pinggulnya mulai sedikit bergerak mengikuti irama gerakan jariku.

Aku menarik baju terusan yang di kenakan marni ke atas, dan dia tak mencegah sama sekali saat bajunya aku lepas melalui lehernya.

Aku balik tubuh Marni berlahan, dan kini posisinya dalam keadaan telentang, masih dalam  satu selimut aku mulai menciumi payudara Marni yang kini terlihat sangat kencang tanda dia sedang bergairah, yang menarik adalah payudaranya sangat unik, lancip dengan puting sangat kecil dan panjang berwarna merah jambu sangat menggemaskan.

Aku sangat bernafsu untuk melahapnya, namun aku takut Marni belum siap, maka aku mulai dengan cara halus, menghisap putingnya dengan lembut lebih mirip mengecup dengan sedikit sedotan-sedotan kecil.

Tubuh Marni mulai meliuk dan ini sangat membuatku bernafsu, sambil tetap menjilat dan menyedot payudaranya yang unik ini, jariku aku mainkan di clitorisnya. tiba-tiba Marni mendekap kepalaku dan pinggulnya mulai bergerak, kakinya di tekuk mirip orang mau melahirkan dan kini dia aktif menggesekan vaginanya ke jariku.

Aku semakin bersemangat memainkan clitoris Marni, dan tiba-tiba pinggulnya terangkat, kepalaku di dekapnya hingga mulutku menyedot seluruh payudaranya hingga ke pangkal dan ah....... ternyata Marni mendapat orgasme untuk yang pertama kalinya... sangat manis, gadis remaja ini mulai mengenal nikmatnya hidup.

Tubuh marni masih bergetar, sisa-sisa kenikmatan yang baru pertama di raihnya masih dia kais, aku tak menyia-nyiakan kesempatan ini, aku ingin memperkenalkan pada Marni tahapan-tahapan keikmatan hidup yang bisa dia raih.

Maka aku segera turun dengan tetap di balik selimut, aku taruh mukaku di antara paha marni dan aku langsung mengecup clitorisnya, aku jilat dan lidahku aku sapukan ke belahan vaginanya...

Luar biasa, cairan vagina Marni terasa sangat enak, masih murni asin tapi enak... vaginanyapun bersih, bahkan saat aku mencoba membuka belahan vaginanya masih sangat kencang dan belum ada tanda-tanda di sentuh oleh apapun. aku mencoba memasukan lidahku ke dalam dinding lobang kenikmatan itu hingga menyentuh gumpalan daging yang masih menutup lobang vaginanya.

Tubuh Marni menggelinjang saat aku mulai memainkan lidahku, aku tetap menopang pantatnya yang sangat sekal agar jilatanku tak lepas dari vaginanya karena gerakanya yang mulai aktiv.

Tanganku merayap ke dada marni dan memainkan putingya, Marni mulai mengimbangi jilatanku dan mulai menjambak lembut rambutku hingga tiba-tiba kepalaku di tekanya ke vaginyanya dan dia mulai memutar pinggul sampai aku agak susah bernafas.

Gerakanya semakin cepat dan dia merintih seperti orang yang kesurupan hingga tiba-tiba kurasakan ada air yang muncrat mengenai wajahku, rupanya marni mengalami orgasme yang kedua melalui jilatanku.

Malam ini aku sengaja tak melanjutkan ke arah yang lebih jauh, karena aku ingin membuat marni nyaman dan tidak merasa di jadikan budak sex olehku, jutru dia merasa bangga karna aku perlakukan sangat manusiawi.

Penisku sebenarnya sudah sangat tegang dan ingin sekali memuntahkan laharnya, namun aku memang kategori orang yang bisa mengontrol birahi walaupun nafsuku termasuk tinggi.

Aku menutup bagian tubuh Marni dengan selimut hingga ke lehernya, temperatur AC aku naikan ke suhu 23 derajat celsius agar tak terlalu dingin.

Aku lihat wajah polos Marni yang sedang terlelap karena baru saja mengenal orgasme dan sampai 2 kali mendapatkanya.

Aku bangun dan mengenakan pakaianku, lalu aku pergi ke lobi atas  untuk merokok dan minum kopi.

Sebenarnya aku bisa saja pergi ke salon dan tidur di kamar mess yang memang biasanya aku jadikan tempat tinggalku sehari-hari dan aku tinggal memanggil Nadia untuk melepaskan hasrat birahiku yang memuncak, namun aku merasa masih ingin memberikan hasrat ini pada Marni pembantuku yang sangat menggemaskan dan polos ini.

Mungkin hari-hari berikutnya nanti akan sangat seru hidup serumah dengan Marni,

BERSAMBUNG KE  "SEMPITNYA VAGINA MARNI, PEMBANTU REMAJA DARI DESA"

No comments:

Post a Comment